Makassar (ANTARA) - Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Klimatologi Maros, Sulawesi Selatan menyatakan suhu udara yang ekstrem di Makassar, lebih dari 35 derajat Celsius, akan terjadi hingga akhir Oktober 2019.

"Saat ini suhu udara di Kota Makassar dan sekitarnya, termasuk Gowa dan Maros itu, cenderung meningkat. Seperti hari ini masih di angka lebih dari 37 derajat Celcius," ungkap Kepala Stasiun Klimatologi Maros Hartanto di Makassar, Rabu.

Suhu udara yang terlampau ekstrem tersebut, dipengaruhi beberapa faktor, seperti intensitas penyinaran Matahari yang mencapai titik maksimum, tidak adanya tutupan awan signifikan, serta menguatnya angin timuran.

Ia menyebut angin yang turun dari Gunung Lompobattang cenderung panas.

"Sifat angin yang berembus saat ini itu panas dan kering sehingga sangat rentan mengakibatkan kebakaran. Kita tetap harus waspadai api, mengingat ini masih musim kemarau sehingga masih terus kami pantau," katanya.

Menurut Hartanto, meski faktor cuaca bukan penyebab terjadinya kebakaran, cuaca ekstrem dianggap mampu memicu kebakaran dan bisa memperlambat pemadaman jika terjadi kebakaran.

Oleh karena suhu ekstrem menimpa wilayah Makassar, Hartanto meminta masyarakat tetap mewaspadai angin kencang dan menghindari aktivitas di luar rumah.

"Jika memang harus beraktivitas di luar rumah, sebaiknya masyarakat harus banyak mengonsumsi air agar tidak dehidrasi, begitu pula dengan buah dan sayur," katanya.

Ia mengatakan saat ini kelembaban udara di wilayah Makassar dan sekitarnya di bawah 50 persen, yang bisa berdampak terhadap kesehatan hingga mengakibatkan tanaman layu.

Oleh karena itu, kata dia, tubuh memerlukan banyak cairan.

Berdasarkan data Stasiun Klimatologi Maros, pada 20 Oktober 2019, suhu udara di Makasaar mencapai 38,2 derajat Celcius. Kondisi itu, sebagai suhu tertinggi untuk pengamatan sepanjang Oktober dan tahun ini, serta suhu tertinggi ketiga sepanjang tahun pengamatan BMKG.

Sebelumnya, suhu tertinggi 39,5 derajat Celcius pada 1997 dan 38,6 derajat Celcius pada Desember 1992.

Kedua kondisi suhu itu terjadi pada tahun peristiwa el nino yang mengakibatkan suhu kuat serta cenderung lebih panas di wilayah Indonesia karena curah hujan yang kurang.

"Kemarin pas hari Minggu (20/10) itu catatan suhu tertinggi pada tahun tanpa el nino yang mencapai 38,2 derajat Celcius. Sementara hasil analisis kita, yang tertinggi suhu udaranya sekarang itu yakni Makassar, Gowa, dan Maros," katanya.
 

Pewarta : Nur Suhra Wardyah
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024