Makassar (ANTARA) - PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) di awal tahun 2020 meluncurkan PRUTotal Critical Protection (PRUTop) dan PRUTotal Critical Protection Syariah (PRUTop Syariah) yang bisa mengcover berbagai kondisi penyakit kritis tanpa batasan penyakit dengan tanggungan hingga Rp5 milliar.

President Director Prudential Indonesia, Jens Reisch pada peluncuran produk terbaru itu di Makassar, Senin, menyampaikan pihaknya terus berinovasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia terkait perlindungan yang semakin dinamis.

Oleh karena itu, dengan optimisme kampanye ‘We DO’ Prudential, maka diluncurkanPRUTop dan PRUTop Syariah sebagai rangkaian solusi asuransi yang melindungi masyarakat dari kondisi kritis secara total.

"Kehadiran produk terbaru ini bukan berarti menjadi pesaing dengan berbagai asuransi yang ada, namun kita menghadirkan pilihan bagi masyarakat, khususnya untuk 40 ribu lebih nasabah Prudential di Sulawesi Selatan. Kita ada pilihan untuk nasabah, semisal memilih dokter dan rumah sakit," jelas pria asal Jerman tersebut.

PRUTop dan PRUTop Syariah tersedia untuk para nasabah Prudential Indonesia yang telah memiliki produk asuransi dasar PRULink Generasi Baru atau PRULink Syariah Generasi Baru.

"Kami optimis PRUTop ini akan berkembang di Indonesia khususnya Sulawesi Selatan, apalagi kami menyediakan pula PRUTop Syariah," tandasnya.

Selain itu, Jens menyebutkan PRUTop merupakan pelengkap asuransi tambahan inovatif pertama di industri asuransi dalam memastikan masyarakat Indonesia terlindungi secara total tanpa ada batasan jumlah maupun jenis penyakit kritis.

Senior Manager Product Development Prudential Indonesia, Sheila Widya Nanda pada peluncuran produk Prodential di Makassar, Senin, menyampaikan kondisi kritis di Indonesia begitu banyak sehingga untuk menentukan produk terbaru ini telah melalui proses diskusi bersama para nasabah dan pihak Prudential Indonesia.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi 68.000 penyakit dan 2017 dari 56 juta penduduk yang meninggal dunia, 90 persen di antaranya meninggal akibat sakit atau kondisi kritis dan memerlukan perlindungan kesehatan.

"Prutop asuransi bukan hanya mengacu pada kondisi kritis, tetapi juga melindungi jenis penyakit apa saja yang mempengaruhi organ vital dalam tubuh, termasuk penyakit yang belum ditemukan pun ketika tiba-tiba menyerang manusia," jelasnya.

Sheila menjelaskan, produk yang diluncurkan sejak 13 Januari di tingkat pusat itu menggunakan konsep baru yakni TKP (tindakan, ketidakmampuan dan perawatan). Artinya konsep ini menawarkan perlindungan atas kondisi kritis yang berfokus pada perawatan, tindakan, atau ketidakmampuan permanen yang terjadi akibat kondisi kritis.

"Hal ini menjadikan PRUTop dan PRUTop Syariah unggul di kelasnya karena kedua produk ini mampu melindungi kesehatan dan finansial masyarakat Indonesia secara menyeluruh dan memastikan mereka hidup lebih tenang," ungkapnya.

Jawaban Tantangan Kesehatan

Pada kesempatan yang sama, seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. H. Rachmat Latief menyebutkan produk ini menjawab tantangan kesehatan yang makin kompleks dengan penyakit kritis di Sulsel.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, terdapat 1.737 kasus Demam Berdarah Dongue (DBD) yang kemudian meningkat menjadi 2.141 penderita pada 2018.

Bukan itu saja, tahun lalu masyarakat Sulawesi Selatan diguncangkan dengan kasus kejadian luar biasa (KLB) berupa demam serentak yang menimpa warga Kabupaten Jeneponto. Dari 70 orang yang terkena demam, tujuh di antaranya meninggal dunia.

Setelah investigasi yang menyeluruh, penyakit ‘misterius’ ini akhirnya diidentifikasi sebagai demam tifoid dan leptospirosis yang disebabkan oleh sanitasi buruk.

"Hal ini mengingatkan kita bahwa penyakit kritis dapat menyerang siapa saja dan sebaiknya masyarakat tidak terpaku menghindari hanya pada suatu penyakit tertentu," tandasnya.

Saat ini, kata dokter yang bertugas di Rumah Sakit Awal Bross Makassar ini, berbagai permasalahan kesehatan dapat terus bertambah akibat banyak faktor, seperti lifestyle, genetik dan lingkungan hingga perubahan iklim.

Karena itu, masyarakat perlu mengantisipasi ancaman penyakit kritis dengan mengubah gaya hidup dan lebih menyadari ‘mahalnya’ kesehatan.

"Penyakit kritis dapat berimplikasi pada aspek psikologis, sosial hingga finansial yang dapat menggoyahkan stabilitas ekonomi dan masa depan keluarga,” papar dr. Rachmat.

Pewarta : Nur Suhra Wardyah
Editor : Suriani Mappong
Copyright © ANTARA 2024