Jakarta (ANTARA) - Lembaga survei Indo Barometer merilis hasil survei yang menunjukkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) semasa menjadi Gubernur DKI Jakarta dianggap paling berhasil mengatasi banjir dan kemacetan yang menjadi permasalahan di Ibu Kota.
"Untuk masalah banjir, Gubernur Jakarta yang dianggap paling berhasil adalah Ahok (42 persen), disusul Joko Widodo (25 persen), dan Anies Baswedan (4,1 persen)," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari, di Jakarta, Minggu.
Demikian pula untuk masalah kemacetan, Ahok juga dianggap paling berhasil mengatasinya, yakni 35,3 persen, disusul Joko Widodo (25,3 persen), dan Anies sebesar 8,3 persen.
Namun, kata Qodari, untuk masalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, Joko Widodo (Jokowi) yang dianggap paling berhasil oleh publik.
Untuk masalah pendidikan, Jokowi menempati posisi teratas sebesar 35,1 persen, disusul Anies (25,3 persen), dan Ahok sebesar 15,3 persen.
Soal kesehatan, Jokowi mendapatkan 35,7 persen, disusul Anies sebesar 20,4 persen, dan Ahok sebesar 17,8 persen.
Sedangkan untuk ekonomi, Jokowi masih unggul dengan 33,8 persen, disusul Ahok (18,4 persen), dan Anies sebesar 18 persen.
Masih soal banjir, mayoritas publik, yakni 60,3 persen juga berpendapat bahwa persoalan banjir di Jakarta dapat diselesaikan, sedangkan 27,3 persen menganggap tidak dapat diselesaikan.
Mayoritas, yakni 61,4 persen menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lebih bertanggung jawab dalam menyelesaikan banjir di Jakarta, sementara 26,2 persen menyatakan pemerintah pusat yang lebih bertanggung jawab.
Mengenai kemacetan, sebanyak 49,3 persen publik menyatakan bahwa kemacetan di Jakarta dapat diselesaikan, namun 34,4 persen menilai persoalan kemacetan tidak dapat diselesaikan.
Jika dibandingkan dengan persoalan banjir, kata Qodari, tampaknya publik secara nasional menilai bahwa masalah kemacetan lebih sulit diselesaikan dibanding masalah banjir.
Survei nasional itu dilaksanakan Indo Barometer pada 9-15 Januari 2020 menggunakan metode "multistage random sampling" dengan 1.200 responden dan memiliki "margin of error" lebih kurang 2,83 persen.
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner, dengan syarat responden WNI yang berusia di atas 17 tahun atau sudah menikah.
"Untuk masalah banjir, Gubernur Jakarta yang dianggap paling berhasil adalah Ahok (42 persen), disusul Joko Widodo (25 persen), dan Anies Baswedan (4,1 persen)," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari, di Jakarta, Minggu.
Demikian pula untuk masalah kemacetan, Ahok juga dianggap paling berhasil mengatasinya, yakni 35,3 persen, disusul Joko Widodo (25,3 persen), dan Anies sebesar 8,3 persen.
Namun, kata Qodari, untuk masalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, Joko Widodo (Jokowi) yang dianggap paling berhasil oleh publik.
Untuk masalah pendidikan, Jokowi menempati posisi teratas sebesar 35,1 persen, disusul Anies (25,3 persen), dan Ahok sebesar 15,3 persen.
Soal kesehatan, Jokowi mendapatkan 35,7 persen, disusul Anies sebesar 20,4 persen, dan Ahok sebesar 17,8 persen.
Sedangkan untuk ekonomi, Jokowi masih unggul dengan 33,8 persen, disusul Ahok (18,4 persen), dan Anies sebesar 18 persen.
Masih soal banjir, mayoritas publik, yakni 60,3 persen juga berpendapat bahwa persoalan banjir di Jakarta dapat diselesaikan, sedangkan 27,3 persen menganggap tidak dapat diselesaikan.
Mayoritas, yakni 61,4 persen menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lebih bertanggung jawab dalam menyelesaikan banjir di Jakarta, sementara 26,2 persen menyatakan pemerintah pusat yang lebih bertanggung jawab.
Mengenai kemacetan, sebanyak 49,3 persen publik menyatakan bahwa kemacetan di Jakarta dapat diselesaikan, namun 34,4 persen menilai persoalan kemacetan tidak dapat diselesaikan.
Jika dibandingkan dengan persoalan banjir, kata Qodari, tampaknya publik secara nasional menilai bahwa masalah kemacetan lebih sulit diselesaikan dibanding masalah banjir.
Survei nasional itu dilaksanakan Indo Barometer pada 9-15 Januari 2020 menggunakan metode "multistage random sampling" dengan 1.200 responden dan memiliki "margin of error" lebih kurang 2,83 persen.
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner, dengan syarat responden WNI yang berusia di atas 17 tahun atau sudah menikah.