Makassar (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Seletan mengemukakan kenaikan sejumlah harga sembako, khususnya gula pasir dari harga normal Rp12 ribu menjadi Rp20 ribu per kilogram berpotensi menaikkan inflasi di provinsi itu.

Kepala BPS Sulsel Yos Rusdiansyah di Makassar, Jumat (13/3), mengatakan pada Februari 2020 harga kebutuhan rumah tangga terus bergerak naik hingga Maret 2020.

Pergerakan kenaikan harga itu, dimulai dari kelangkaan persediaan bawang putih, karena suplai dari China tersendat akibat virus corona.

Ia mengakui terjadi kenaikan harga sejumlah sembako di pasar tradisional dan toko swalayan di Makassar.

Harga bawang putih sempat menembus Rp60 ribu per kg dari harga sebelumnya Rp30 ribu.

Namun, sudah keluar surat edaran dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulsel yang isinya meminta distributor yang menguasai stok, tidak menaikkan harga bawang putih.

Alasannya, katanya, stok yang ada masih menggunakan harga lama saat pembelian.

Sepekan berikutnya, harga bawang putih turun menjadi Rp35 ribu per kg.

Namun, gula pasir mengalami kenaikan harga secara bertahap dan kini sudah menembus Rp20 ribu per kg dari harga normal Rp12 ribu.

Menurut Yos, semua kondisi harga sembako di lapangan yang terus meningkat karena ketersediaan yang terbatas memiliki potensi menaikkan inflasi di Sulsel.

Apabila tidak segera terkendali di lapangan, katanya, inflasi pada Maret dapat di atas Februari 2020.

Pasalnya, katanya, inflasi mulai terlihat merangkak naik pada posisi Februari 2020.

Berdasarkan data BPS Sulsel, pada Februari 2020 inflasi gabungan lima kota di Sulawesi selatan 0,44 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 103,92 pada Januari 2020 menjadi 104,37 pada Februari 2020.

Dari lima kota IHK di Sulawesi Selatan (Bulukumba, Watampone, Makassar, Parepare, dan Palopo) semuanya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Bulukumba sebesar 0,61 persen dengan nilai IHK sebesar 105,18, sedangkan inflasi terendah di Kota Parepare sebesar 0,02 persen dengan nilai IHK sebesar 103,82.

Inflasi gabungan lima kota tersebut terjadi karena kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada beberapa kelompok pengeluaran, seperti makanan, minuman, dan tembakau.

Selain itu, pakaian dan alas kaki; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya; perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga; kesehatan; informasi, komunikasi, dan jasa keuangan; rekreasi, olahraga dan budaya; dan penyediaan makanan dan minuman/restoran; serta perawatan pribadi dan jasa lainnya.

Inflasi tahun kalender gabungan lima kota di Sulawesi Selatan sebesar 1,07 persen dan inflasi year on year (Februari 2020 terhadap Februari 2019) sebesar 2,84 persen.
 

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024