Makassar (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan (Sulsel) mencatat angka deflasi di provinsi tersebut pada Maret 2020 sekitar 0,1 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 104,37 poin di tengah pandemi COVID-19.

Kepala BPS Sulsel Yos Rusdiansyah di Makassar, Jumat, mengatakan penyebab deflasi di daerah tersebut karena menurunnya beberapa indeks harga-harga.

"Faktor pendorong terjadinya deflasi itu disebabkan adanya penurunan indeks harga pada beberapa kelompok yang memiliki kontribusi cukup besar," ujarnya.

Ia mengatakan mulai mewabahnya pandemi COVID-19 di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan pada Maret 2020 juga ikut mempengaruhi tingkat konsumsi pada beberapa komoditas.

Dia menjelaskan deflasi gabungan di Sulsel dari lima daerah sebagai sampelnya itu menunjukkan adanya penurunan harga dan ditunjukkan oleh penurunan indeks harga pada tiga kelompok pengeluaran.

Ketiganya yakni kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau; kelompok pengeluaran transportasi; kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya. Meskipun beberapa kelompok pengeluaran lainnya juga mengalami kenaikan indeks harga.

Faktor pendorong terjadinya deflasi di Sulawesi Selatan dilihat dari gabungan lima kota yang penurunan harganya cukup signifikan pada beberapa komoditi antara lain: cabai rawit, tarif angkutan udara, cabai merah, bawang merah, daging ayam ras, ikan bandeng, tahu mentah, bawang putih, ikan katamba, ikan layang, dan lainnya.

Sedangkan penyeimbang dari deflasi yakni inflasi terdapat pada beberapa komoditi seperti: ayam goreng, emas perhiasan, martabak, gula pasir, mie siap santap, tarif kendaraan roda dua online, telur ayam ras, nasi dengan lauk, pepaya, dan lainnya.

"Memang saat ini, tak ada pergerakan orang di bandara setelah adanya dorongan untuk sosial distancing," katanya.

Pewarta : Muh. Hasanuddin
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024