Mamuju (ANTARA News) - "Sibali Parri" salah satu istilah dalam budaya masyarakat etnis Mandar bagi masyarakat di Provinsi Sulawesi Barat, merupakan potensi dalam memberdayakan wanita di Provinsi termuda ke-33 di Indonesia itu.

"Istilah budaya 'Sibali Parri' hanya dikenal di kalangan masyarakat Mandar, sebutan tersebut merupakan potensi untuk lebih memberdayakan masyarakat daerah ini," kata Asisten 1 Provinsi Sulbar, Aksan Jalaluddin pada acara sosialisasi dan advokasi analisis situasi ibu dan anak (ASIA) serta pendidikan untuk remaja (PUR) di Mamuju, Rabu.

Acara itu merupakan kerjasama antara Pemkab Polman dan badan dunia UNICEF, acara itu turut dihadiri Bupati Kabupaten Polman Ali Baal Masdar.

Ia mengatakan, budaya "Sibali Parri" merupakan kultur budaya masyarakat Mandar di Sulbar yang sudah melekat sejak zaman dahulu kala.

"Kultur tersebut telah lama dijalankan dan menjadi semangat masyarakat daerah ini dalam membangun daerahnya," katanya.

Ia menjelaskan "Sibali Parri" adalah semangat yang sama dimiliki antara para pria dan wanita yang ada di tanah Mandar ini, dimana semangat dalam bekerja dan membangun ekonominya antara pria dan Wanita masing-masing dimiliki tugas dan fungsi.

"Kalau dulu laki-laki menangkap ikan di laut ataupun mencangkul di sawah karena lebih kuat, maka ketika hasilnya sudah ada dan dibawa pulang maka tugas para wanita yang memasarkan di pasar," katanya.

Dengan demikian antara pria dan wanita kedudukannya sama dalam hidup sehingga antara pria dan wanita tidak bisa dipisahkan karena keduanya memiliki tugas dan fungsi yang sama.

"Ini artinya terjadi hubungan gender yang positif antara tugas pria dan wanita, karena saling berhubungan delam melancarkan dan melaksanakan tugasnya," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, posisi yang sama antara pria dan wanita tersebut merupakan potensi dalam memberdayakan wanita yang ada di wilayah ini, sehingga pemerintah harus memberikan tempat bagi para wanita dalam membangun daerah ini, karena pemerintah tidak akan kesulitan dalam memberdayakan wanita.

"Wanita harus diberikan tempat dalam membangun daerah ini, karena mereka juga punya semangat yang sama dengan pria, kultur ini hanya ada di Provinsi Sulbar, dan mungkin berbeda dengan daerah lain," katanya.

Menanggapi itu, Bupati Kabupaten Polman, Ali Baal Masdar mengakui jika pemerintah di tingkat Kabupaten telah melihat kemampuan wanita dalam membangun daerah sehingga ia menyambut baik agar wanita diberikan ruang dalam membangun daerah.

"Hampir 98 persen pengurus organisasi sosial di Kabupaten Polman didominasi wanita dan hanya dua persen laki-laki, itu artinya wanita telah memiliki peran dalam mendukung pembangunan," katanya. (T.KR-MFH/F003)

Pewarta :
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024