Makassar (ANTARA) - Sejumlah rumah sakit (RS) rujukan utama yang memberikan pelayanan pasien COVID-19 di Sulawesi Selatan masih menunggu pencairan insentif bagi tenaga kesehatan yang telah melayani pasien COVID-19.

Rumah sakit yang dimaksud ialah Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi Makassar dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sayang Rakyat Provinsi Sulawesi Selatan.

Direktur Utama RSKD Dadi, dr Arman Bausat di Makassar, Sabtu menyampaikan bahwa pihaknya telah mengajukan pencairan insentif nakes sejak tiga pekan lalu, namun hingga saat ini dana tersebut belum kunjung cair.

"Sudah diajukan semua, kan diverifikasi di Jakarta. Semua kita sudah ajukan ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sesuai petunjuk teknis yang turun. saya sampaikan ke teman-teman tunggu saja dan anggap saja kalau itu menabung," ujarnya

dr Arman menyebutkan bahwa pengajuan insentif yang telah dikirim ke Kemenkes berbeda-beda jumlah nakes setiap bulannya. Hal itu karena insentif oleh Kemenkes hanya dikhususkan bagi nakes yang kontak langsung dengan pasien corona.

Ia mengatakan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan, jasa medik bagi pelayanan pasien COVID-19 cuma diperuntukkan bagi nakes dan nakes lainnya. Nakes yang dimaksud ialah dokter dan perawat, sementara nakes lainnya ialah petugas lab atau analis kesehatan dan radiografer.

Adapun rincian total nakes yang bertugas melayani pasien COVID-19 di RSKD Dadi setiap bulannya yaitu April 102 nakes, Mei 166 nakes dan Juni sekitar 180 nakes. 14 orang di antaranya adalah dokter spesialis dan 12 orang dokter umum.

dr Arman mengemukakan perbedaan atau peningkatan jumlah nakes yang bertugas sesuai dengan jumlah pasien. Bertambahnya pasien COVID-19 otomatis disertai dengan penambahan nakes.

"Ada rasio pasien dengan tenaga yang merawat. Kita baru buka pelayanan untuk COVID-19 itu pada April, Mei bertambah lagi, Juni sudah sekitar 180 an, mereka inilah yang berhak mendapat jasa," ujarnya.

Jasa medik bagi nakes ini, lanjut dr Arman berbeda-beda. Persentase insentif tersebut disesuaikan dengan jasa setiap nakes yang bertugas melayani pasien corona.

"Persentase dapatnya berbeda, misalnya untuk dokter spesialis ada yang masuk setiap hari maka terima 15 juta, ada yang lima hari yah pasti lebih sedikit. Contoh lain untuk dokter ahli jiwa, ada empat orang masuk tim penanganan corona, tetapi baru dua orang yang bertugas melayani pasien, tentu hanya dua orang ini yang akan dibayarkan jasanya," jelas dr Arman.

Sementara itu, Direktur Utama RSUD Sayang Rakyat, dr Siti Haeriah Buhari mengemukakan pihaknya telah mengusulkan pula insentif nakes kepada Kemenkes.

Ia menyebutkan bahwa insentif nakes beragam dengan masa kerja 22 hari selama sebulan, seperti pada dokter ahli sebanyak Rp15 juta, dokter umum 10 juta dan nakes lainnya Rp7,5 juta.

"Insentif ini khusus untuk nakes yang kontak dengan COVID-19. Dokter, dokter spesialis, nakes lainnya, kemudian pegawai yang lain, rekam medik di gedung, pemusaran jenazah, insentifnya beda, tergantung kerjanya," katanya.

RSUD Sayang Rakyat menugaskan 84 orang yang keseluruhan telah merawat pasien corona. Jumlah itu belum termasuk dokter paru sebanyak 10 orang, dokter penyakit dalam dua orang dan dokter anastasi tiga orang.

Hingga sekarang, RSUD Sayang Rakyat telah merawat pasien hampir 200 orang dan 90 orang lebih telah dinyatakan sembuh, sementara 27 orang lainnya telah meninggal dunia.

Pewarta : Nur Suhra Wardyah
Editor : Redaktur Makassar
Copyright © ANTARA 2024