Makassar (ANTARA) - Dari kejauhan terlihat deretan gunung membentuk gugusan pulau, yang berdampingan dengan Bendungan Bilibili yang mengaliri air berwarna hijau kebiru-biruan ke arah lembah. Itulah objek wisata Bollanggi yang terletak di Desa Timbuseng, Kecamatan Patalassang, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

Daya pesonanya bak Raja Ampat di Papua Barat, meski belum banyak didatangi wisatawan mancanegara, dan pengelolaannya pun belum seperti wisata unggulan di Tanah Papua itu.

Bahkan, kini nama salah satu objek wisata andalan di Kabupaten Gowa itu dikait-kaitkan dengan Raja Ampat seperti yang tertulis pada plang di pintu masuk objek wisata tersebut, yakni Bollangi Ampat, yang bermakna keindahan alamnya menyerupai Raja Ampat.

Sedangkan Bendungan Bilibili merupakan bendungan terbesar di Sulawesi Selatan, yang terletak di Kabupaten Gowa, sekitar 30 kilometer ke arah timur Kota Makassar. Bendungan Bilibili menjadi sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Gowa dan Makassar.

Untuk mencapai Bollangi dibutuhkan waktu sekitar 30 menit berkendara dari tapal batas Gowa-kota Makassar atau berjarak sekitar 80 kilometer.

Awal mula wisata Bollangi dijadikan objek wisata alam yaitu ketika seorang anak kecil perempuan berusia sepuluh tahun memasuki kawasan tersebut, dan seseorang mengunggah foto anak itu di media sosial (Facebook). Selang tiga hari sesudah lebaran Idul Fitri 1441 H atau Mei 2020, wisata tersebut mulai ramai dikunjungi hingga kini.

Namun, wisata Bollangi belum dikelola secara profesional atau masih mengandalkan inisiatif pemuda setempat yang hanya berlandaskan izin keramaian dari pihak kepolisian.

Para pemuda itu kemudian menata lokasi wisata tersebut seperti area swafoto (selfie) seluas kurang lebih 1 hektare, dan juga merencanakan beberapa tempat seperti Villa (penginapan) dan spot swafoto di lokasi lainnya demi kenyamanan para pengunjung.

"Kita baru rencana kelola dengan baik-baik, kita bikin spot-spot foto. Selalu ada pengunjung tapi kalau hari-hari beginikan agak sedikit palingan 200-300an pengunjung, tapi kalau sabtu-minggu lumayan, mungkin ribuan," Ujar Abi Dg.Mangung, salah seorang pengelola wisata Bollangi.

Hanya saja, bagi pengunjung yang ke sana, harus berhati-hati karena sepanjang perjalanan menuju wisata tersebut, melewati ruas jalan di lereng gunung, namun sudah dilengkapi rambu-rambu lalu lintas hasil kreasi para pemuda, sebagai tanda bagi pengendara dan pengemudi.

Tidak dipungkiri, perjalanan ke objek wisata itu cukup melelahkan, namun rasa lelah itu seakan terbayarkan saat mata memandang ciptaan Tuhan yang memesona, gunung-gunung, pepohonan yang menjulang tinggi dan ketika berada di atas tanjakan terlihat beberapa rumah sederhana milik warga.

Tepat di dalam wisata Bollangi, ada dua jalan setapak yang dilalui ketika menaiki bukit Bollangi itu. Di sebelah kiri penuh dengan tanaman jagung yang mengelilingi lahan wisata,  sementara itu di sebelah kanan, lahannya kosong tanpa ada tanaman.

Di kawasan wisata itu juga terlihat sejumlah warung kecil berjejeran, yang menyajikan beragam makanan dan minuman.

"Minumannya dek", "Singgahki beli". Demikian cuplikan kalimat ajakan dari para penyaji kuliner di kawasan wisata itu.

Selain itu, pengunjung pun diharuskan membayar tiket masuk senilai Rp5 ribu/orang, dan harus juga mematuhi protokol kesehatan mengingat pandami virus corona baru (COVID-19) masih terjadi.  

Beberapa orang mulai dari anak-anak sampai dewasa nampak berpose ria sembari melihat pemandangan di atas bukit Bollangi.

Terlihat pula seorang pria bersama teman wanitanya berjalan beriringan. Keduanya berkacamata hitam dan memakai pakaian berwarna sama yaitu hitam.

Keduanya pun bersenda gurau seperti pengunjung lainnya yang menikmati keindahan alam Bollangi Gowa.

"Pemandangannya bagus, kalau bisa besok-besok ada villa kah atau apakah itu, karena siapa tau ada orang yang dari daerah baru ingin berlama-lama di sini," Ujar Bakri, salah seorang pengunjung.

Usman selaku Kepala Dusun Desa Timbuseng, mengatakan semula tempat wisata tersebut merupakan lahan perkebunan yang ditanami jagung. Namun, sebagian area perkebunan itu dimanfaatkan sebagai lokasi pendukung objek wisata Bollangi.

Para pemuda menjadikan pengelolaan sebagian area wisata itu untuk mendapatkan penghasilan tambahan, selain bersumber dari usaha tani.

“Sudahnya panen jagung, para pemuda Bollangi mulai kelola tempat itu jadi tempat foto-foto (wisata),” katanya.

Mungkinkah wisata Bollangi yang daya pesonanya menyerupai Raja Ampat itu akan terkenal sampai ke mancanegara?. 

Pewarta : Shafira, Maya Sari, dan Nur Hasmah)
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024