Bantaeng (ANTARA) - Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, melalui inovasi layanan publik Satu Bendera, Satu Sasaran Ibu dan Anak  (Saskia) dari Puskesmas Sinoa masuk Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2020 dan 5 Pemenang Outstanding Achievement Of Public Service Innovation 2020.

Lomba Inovasi Pelayanan Publik tersebut diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) RI, diikuti sejumlah Kementerian, Lembaga, Provinsi, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

"Keberhasilan ini merupakan bentuk sinergitas kami, terutama teman - teman Bidan Dusun yang luar biasa. Teman - teman telah bekerja maksimal kurang lebih tiga tahun," kata Kepala Puskesmas Sinoa, Bantaeng, Iwan Setiawan,  Senin (27/7).

Iwan yang juga merupakan inovator Bendera Saskia ini mengatakan inovasi  tersebut bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.

Iwan menambahkan wilayah kerja Puskesmas Sinoa yang menjadi tempat penerapan Saskia menaungi empat desa yang terdiri dari 31 dusun dan didukung penuh Pemkab Bantaeng.

Menurut dia, sampai saat ini setiap dusun memiliki satu bidan desa berstatus non Aparatur Sipil Negara (ASN), ditempatkan sesuai domisili dan 90 persen bidan mengabdi di kampungnya sendiri selebihnya diambil dari luar.

"Saya ajak mereka (bidan) bagaimana agar kembali ke kampungnya untuk mengabdi, daripada setiap hari ke puskesmas, lebih baik mengabdi di kampung masing - masing. Memperhatikan orang - orang di dusunnya itu. Sejak 2018 kami juga mengusahakan agar para bidan mendapat insentif dari dana desa," jelas dia.
  Seorang bidan desa perlihatkan bendera pink di depan rumah warga sebagai tanda usia kehamilan tujuh sampai sembilan bulan. ANTARA/HO-Diskominfo Bantaeng Terkait inovasi itu, kata Iwan, ada enam warna bendera Saskia dipasang di depan rumah warga yakni bendera hijau sebagai penanda ibu hamil tiga bulan pertama.

Bendera biru menandakan ibu hamil usia empat sampai lima bulan atau trimester kedua,  bendera pink untuk usia kehamilan tujuh sampai sembilan bulan atau trimester ketiga.

Bendera merah penanda sasaran beresiko tinggi, dipasang sejak awal kehamilan sebagai tanda bahwa ibu hamil dalam resiko tinggi.

Bendera kuning menandakan anak bayi yang tidak datang ke posyandu untuk diimunisasi sedangkan bendera ungu menjadi tanda bagi bayi maupun balita dengan status gizi kurang dan kurang gizi.

"Tujuan dari bendera ini untuk memudahkan petugas kesehatan di lapangan, dan masyarakat bisa tahu kondisi (ibu hamil dan anak) hanya dengan cara melihat bendera itu. Alhamdulillah saat ini semua persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan," ujarnya.

Di masa pandemi COVID-19 ini, para bidan dilengkapi alat pelindung diri (APD) lengkap dalam melakukan penanganan dan pelayanan.

"Alhamdulillah saat ini angka kematian bayi dan ibu berada pada angka nol," tutupnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Bantaeng, dr Andi Ihsan berharap inovasi bendera saskia dapat memicu munculnya inovasi - inovasi yang baru.

"Kami berharap, inovasi ini bisa menjadi pemicu lahirnya inovasi - inovasi yang baru demi kebaikan masyarakat Bantaeng. Semoga Bendera Saskia bisa sustainable dan direplikasi oleh puskesmas yang lain di Kabupaten Bantaeng," katanya. (*/Adv)

Pewarta : Surya
Editor : Redaktur Makassar
Copyright © ANTARA 2024