Makassar (ANTARA News) - Pemanfaatan ultrasonografi mempunyai akurasi sangat baik untuk menduga sifat-sifat karkas (luas otot longissimus dorsi, ketebalan lemak subcutan dan penyebaran lemak intramuscular) dengan memperhatikan faktor model ultrasonografi, operator, interpriter dan lokasi otot.
Prof Dr Ir Lellah Rahim, MSc, dalam orasi penerimaan jabatan Guru Besar Tetap dalam bidang Pemulihan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Rabu, mengatakan, untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas daging pengembangan sapi di Indonesia, terutama dalam penyediaan sapi bibit dan calon pejantan, sebaiknya melalui seleksi yang intensif berdasarkan silisah, performance dan progeny test.
"Standar atau pedoman penilaian dalam seleksi sebaiknya dikombinasikan dengan sifat kualitatif dan sifat kuantitatif seperti dimensi tubuh (tinggi gumba dan panjang badan), kecepatan pertumbuhan (pertumbuhan berat badan), dan sifat-sifat karkas dengan memanfaatkan ultrasonografi," ujar Lellah Rahim dalam dalam orasinya berjudul "Aplikasi ultrasonografi dalam pemulihan ternak sapi" pada Sidang Luar Biasa Senat Unhas yang dipimpin Ketua Senat/Rektor Unhas Prof Dr dr Idrus A Paturusi.
Menurut Lellah Rahim, ternak sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah sebagai pengambil kebijakan hubungannya dengan peningkatan mutu genetik melalui seleksi yang intensif. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu ultrasonografi guna mengukur kuantitas dan kualitas daging secara berkala dan berkesinambungan dari generasi ke generasi berikutnya.
Dia mengatakan, di Indonesia penggunaan ultrasonografi pada ternak sapi juga telah dilakukan untuk estimasi sifat-sifat karkas pada sapi potong seperti sapi Bali, Brahman Cross dan Santa Gretrudis yang dipelihara secara feedflot. (T.pso-102/F003)
Prof Dr Ir Lellah Rahim, MSc, dalam orasi penerimaan jabatan Guru Besar Tetap dalam bidang Pemulihan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Rabu, mengatakan, untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas daging pengembangan sapi di Indonesia, terutama dalam penyediaan sapi bibit dan calon pejantan, sebaiknya melalui seleksi yang intensif berdasarkan silisah, performance dan progeny test.
"Standar atau pedoman penilaian dalam seleksi sebaiknya dikombinasikan dengan sifat kualitatif dan sifat kuantitatif seperti dimensi tubuh (tinggi gumba dan panjang badan), kecepatan pertumbuhan (pertumbuhan berat badan), dan sifat-sifat karkas dengan memanfaatkan ultrasonografi," ujar Lellah Rahim dalam dalam orasinya berjudul "Aplikasi ultrasonografi dalam pemulihan ternak sapi" pada Sidang Luar Biasa Senat Unhas yang dipimpin Ketua Senat/Rektor Unhas Prof Dr dr Idrus A Paturusi.
Menurut Lellah Rahim, ternak sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah sebagai pengambil kebijakan hubungannya dengan peningkatan mutu genetik melalui seleksi yang intensif. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu ultrasonografi guna mengukur kuantitas dan kualitas daging secara berkala dan berkesinambungan dari generasi ke generasi berikutnya.
Dia mengatakan, di Indonesia penggunaan ultrasonografi pada ternak sapi juga telah dilakukan untuk estimasi sifat-sifat karkas pada sapi potong seperti sapi Bali, Brahman Cross dan Santa Gretrudis yang dipelihara secara feedflot. (T.pso-102/F003)