Makassar (ANTARA) - PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Wilayah XIV sebagai Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan penggilingan gula kristal putih hingga akhir tahun 2020 naik 50 persen dari produksi tahun lalu, atau sekitar 63.000 ton, untuk memenuhi permintaan masyarakat.

"Target giling gula kristal putih kita sekitar 63.000 ton hingga akhir tahun. Dimana 63.000 ton ini, ada sebagian kecil sekitar empat ton diperoleh dari perkebunan masyarakat yang diolah di pabrik gula PTPN," kata Direktur PTPN XIV, Ryanto Wisnuardhy seusai peluncuran gula kemasan "Gollata" di Makassar, Jumat.

Ia menjelaskan proses produksi gula tersebut dijalankan tiga Pabrik Gula (PG) yang dimiliki PTPN XIV yaitu PG Araseo dan PG Camming di Kabupaten Bone, dan PG Takalar di Kabupaten Takalar. Di dua daerah ini telah tersedia bahan baku tebu yang ditanam di sekitar wilayah pabrik, termasuk lahan warga.

Pria akrab disapa Wisnu itu menjelaskan upaya mendorong target giling 63.000 ton adalah untuk memenuhi jumlah produksi dalam negeri yang setiap tahunnya hanya mampu menyerap 2-2,5 juta ton.

Oleh karena itu, ia memastikan langkah ini dapat memperkuat pasokan gula dalam negeri dan mengurangi impor dalam jangka panjang, meski belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi gula secara nasional sebanyak 6,5 juta ton per tahun.

"Langkah strategis yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan itu, tentu meningkatkan produksi. Kami berharap lima tahun ke depan bisa memproduksi gula hingga empat ton, dan bisa mengurai impor gula," katanya.

Sementara itu, untuk pemenuhan stok gula dalam masa pandemi dan menghadapi perayaan Natal dan Tahun Baru, ia mengatakan PTPN XIV meluncurkan produk "Gollata" dengan kemasan satu kilogram agar memudahkan masyarakat memperoleh kebutuhan gula.

"Gollata adalah murni produksi PTPN XIV. Kami sudah siapkan 1.500 ton untuk memenuhi kebutuhan pasar. Data hingga tadi malam sudah didistribusi 40 ton, tapi ini sebenarnya masih sebagian kecil saja," ujar Wisnu.

Jumlah itu, lanjut dia, masih bisa melebihi dari 1.500 ton, tergantung dari permintaan pasar, karena distribusi pemasaran baru di tingkat UMKM dan Koperasi. Sedangkan untuk suplai "Gollata" di wilayah Sulsel antara 50-60 persen, selebihnya di suplai ke luar provisi di wilayah bagian timur dan tengah Indonesia.

Ia mengharapkan hadirnya "Gollaku" yang dijual, bekerja sama dengan UKM dan Koperasi, sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp12.500 per kilogram, bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Ini adalah misi kami, bagaimana supaya gula ini tidak menjadi bagian dari inflasi. Kita ingat awal tahun ini, inflasi cukup besar, salah satu penyebab harga gula naik Rp18.000-Rp25.000 per kilogram. Kami menjamin gula dari PTPN sebagai salah satu perusahaan BUMN ikut membantu menjaga tingkat inflasi," kata dia.
  Direktur PTPN XIV, Ryanto Wisnuardhy (tengah) saat peluncuran produk PTPN, gula kemasan satu kilogram dinamai 'Gollata' di hotel Rinra, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (2/10/2020). ANTARA/Darwin Fatir.

Ia juga menambahkan ide dari produk ini sudah ada sejak adanya pandemi, mengingat inovasi ini muncul sebagai solusi di tengah restrukturisasi yang dilakukan di lingkungan PTPN.

"Sebelum restrukturisasi, PTPN Grup lebih banyak main di hulu, membuat gula. Sektor retail kami tidak sentuh, tapi yang muncul merek orang lain. Melihat itu, akhirnya salah satu strategi kami melakukan hilirisasi, caranya memproduksi produk retail, ada gula dan minyak. Tapi gula dibesarkan," katanya.

Sementara itu, Wakil Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman seusai peluncuran "Gollata" mengatakan, upaya PTPN XIV dalam memenuhi kebutuhan pasar sangat tepat. Melalui kerja sama dengan UMKM dan koperasi dalam hal pemasaran akan lebih tepat sasaran.

"Selain disalurkan ke UMKM dan Koperasi, nanti diharapkan menyasar kaki lima, warkop dan lainnya. Memang sudah seharusnya kita mencintai produk sendiri dan tidak tergantung dengan produk dari luar lainnya," ujar Sudirman.

Pewarta : M Darwin Fatir
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024