Makassar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan menyiapkan 850 ribu bibit kakao pada tahun 2021 bagi petani kakao yang terdampak bencana agar bisa melakukan penanaman ulang.

“Apa yang bisa pemerintah lakukan? Kita bisa bantu bibit, supaya kembali bisa menanam,” kata Gubernur Sulsel, Prof HM Nurdin Abdullah, usai menerima kunjungan kelompok petani kakao di Kantor Gubernur Sulsel, Selasa.

Kadis Perkebunan Sulsel Andi Ardin Tjatjo menjelaskan, untuk tahun 2021 dianggarkan 850 ribu bibit kakao, dan akan diberikan kepada petani terdampak.

“Kelompok yang menghadap tadi akan kita ambil datanya, detailnya untuk kita bagikan di tahun 2021. CPCL harus satu tahun sebelum membagikan hibah,” jelasnya.

CPCL adalah Calon Petani dan Calon Lokasi, mereka adalah petani/kelompok tani yang akan menerima bantuan sarana produksi sesuai dengan luas lahan yang diusahakan dalam kelompok hamparan di lokasi yang telah ditetapkan.

Ia mengungkapkan, hampir seluruh Indonesia mengalami penurunan produksi kakao, termasuk di Sulsel. Ini disebabkan karena kemampuan mitigasi dari petani yang masih lemah.

Saat ini, terjadi fenomena perubahan iklim global. Perubahan musim hujan berkepanjangan atau musim kemarau yang berkepanjangan.

“Kita sebut La Nina dan El Nino, peristiwa ini sangat sensitif di penanam kakao, apabila tidak melakukan mitigasi dan adaftasi. Pengetahuan ini harus dimiliki oleh petani untuk menghadapi kondisi ini, karena tanaman kakao sangat sensitif pada perubahan iklim,” ujarnya.

Fenomena ini membuat tanaman kakao di seluruh Indonesia, sudah tidak mampu hidup dengan syarat tumbuhnya. Karena panas atau hujan yang berkepanjangan.

Solusinya adalah penyuluh melakukan mitigasi dan adaptasi hingga ke tingkat petani.

Aminah Medama, Kelompok Sinangkala di Luwu Utara yang berdialog dengan Gubernur mengatakan, kedatangannya untuk melaporan pencapaian program Swisscontact, Sustainable Cocoa Production Program (SCPP) di Luwu Raya yang telah berakhir programnya.

“Kami laporkan pencapaiannya yang sudah kita laksanakan di wilayah kerja. Tadi Pak Gubernur menanyakan ke saya, bagaimana kakao di Luwu Utara, karena saya memperkenalkan diri dari Luwu Utara," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Aminah menjelaskan bahwa minat petani menanam kakao masih tinggi. Hanya saja kita terkendala banjir besar di Luwu Utara, banyak kebun kakao yang tersapu banjir, sehingga mata pencariannya rusak,” jelasnya.

Aminah juga merupakan penangkar bibit kakao di Luwu Utara. Sebelumnya, bekerja di NGO yang bergerak di pendampingan kakao Swisscontact.

Pewarta : Abdul Kadir
Editor : Redaktur Makassar
Copyright © ANTARA 2024