Makassar (ANTARA) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan Yos Rusdiansyah mengatakan kenaikan harga kedelai di awal 2021 akan menjadi salah satu komoditi yang menyumbang inflasi.

"Sepanjang 2020, kedelai tidak masuk salah satu komoditi penyumbang inflasi di Sulsel, namun naiknya kedelai di awal tahun ini diperkirakan akan menjadi salah satu indikator penyumbang inflasi," ujarnya di Makassar, Senin.

Ia mengatakan dalam menghitung laju inflasi maupun deflasi diambil dari 10 besar komoditi yang menjadi penyumbang besar terhadap indeks harga konsumen.

Yos menyatakan pada 2020, ada banyak komoditi di Sulsel yang menjadi indikatornya dan kedelai tidak termasuk dalam komoditi penyumbang inflasi tersebut.

Dia juga belum bisa memperkirakan sejauh mana kenaikan harga kedelai di pasaran karena pemerintah telah bergerak cepat mengatasi kenaikan harga tersebut.

"Kita pantau saja terus. Jika harga kedelai ini terus naik hingga akhir Januari, bisa saja kedelai akan menjadi salah satu komoditi penyumbang inflasi itu. Tapi kita lihat saja perkembangannya," katanya.

Salah satu pedagang tahu dan tempe di Pasar Tradisional Pannampu, Makassar, Anto, mengatakan kenaikan harga bahan baku produknya, berupa kedelai, memang terjadi sepekan terakhir itu.

Namun, dirinya mengaku kenaikannya masih wajar.

"Harganya naik tapi masih wajar. Kalau naiknya itu 20-30 persen dari harga awal itu baru tidak wajar. Saya sering beli 15 sampai 20 kilogram per harinya untuk buat tahu dan tempe dan kenaikannya cuma sekitar Rp5.000-an saja," katanya.

Pewarta : Muh. Hasanuddin
Editor : Suriani Mappong
Copyright © ANTARA 2024