Makassar (ANTARA) - Relawan Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Sulawesi Selatan, berhasil menembus desa terisolir untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan pascagempa berkekuatan 6,2 magnitudo yang berdampak di Kabupaten Majene dan Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat.

"Ini hari kedua tim menyalurkan bantuan logistik. Kami sudah menembus desa terisolir di Dusun Tamirimbi, Desa Kabiraan, Kecamatan Ulumanda, Majene, " tutur perwakilan relawan Mapala UMI Makassar, Akhyar Abdullah melalui kiriman laporan dari lokasi, diterima di Makassar, Sabtu.

Ia mengatakan, kondisi akses jalan di lokasi setempat tidak bisa ditembus kendaraan karena jalurnya berlumpur, sehingga tim relawan memutuskan berjalan kaki sejauh dua kilometer dari pengambilan bantuan untuk disalurkan ke masyarakat setempat.

Untuk bantuan yang disalurkan di lokasi itu, kata dia, selain bahan makanan, seperti beras, mi instan, telur dan lainnya, juga diprioritaskan keperluan bayi, yakni susu, selimut bayi, dot, hingga keperluan khusus bagi perempuan.

Selain menembus Desa Kabiraan di Mejene, tim relawan UMI lainnya juga melaporkan telah menembus Desa terisolasi dengan membawa bantuan ke Dusun Tassuke, Desa Lombang, Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Mamuju. Kemudian di Lingkungan Patakeang, Kelurahan Galung, Kecamatan Tappalang, Kabupaten Mamuju.

Selain menjalankan misi kemanusiaan pencarian korban, tim juga membawakan langsung bantuan logistik kepada warga terdampak gempa, termasuk mendata jumlah korban serta keperluan yang mendesak, mengingat kondisi dan situasi ditengah pendemi COVID-19 ditambah cuaca ekstrem musim hujan.
  Relawan Mapala UMI Makassar tiba usai membawa paket bantuan logistik ke daerah terisolir pascagempa di Dusun Tamirimbi, Desa Kabiraan, Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. FOTO/HO/Dokumentasi Mapala UMI Makassar.


Udin, salah seorang pengungsi Desa Tamirimbi melalui laporan video diterima menuturkan, saat ini seluruh keluarganya sudah mengungsi di lapangan Kampung Baru Kecamatan Ulumanda. Meski sudah mengungsi, namun masih banyak warga yang kekurangan tenda serta selimut.

"Kurang tenda, bahan bakar dan selimut di pengungsian. Kami mengungsi karena lingkungan desa kami dianggap belum layak ditinggali sementara. Ada satu orang terluka kakinya tertimpa lemari saat gempa itu. Kami pun perlu perhatian pemerintah," tuturnya.

Hingga kini, sebagian masyarakat pada 12 desa dan kelurahan di Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, telah mengungsi di area aman akibat dampak gempa menghancurkan rumahnya, sembari menggunakan tenda seadanya, sambil menunggu situasi aman.

Satuan Tugas (Satgas) TNI-Polri, BPBD bersama tim relawan telah bergerak turun ke desa terisolir untuk membantu warga terdampak sekaligus mendata serta menyalurkan bantuan secara langsung.

Berdasarkan data sementara dari BNPB dampak gempa Sulbar, tercatat jumlah korban meninggal dunia sebanyak 91 orang, hilang tiga orang, luka berat 253 orang, luka sedang 240 orang dan luka ringan 679 otang.

Warga yang mengungsi sebanyak 9.910 jiwa. Di Kabupaten Mamuju teridentifikasi sementara lima titik pengungsian, seperti di Jalu 2, Stadion Mamuju, Gerbang Kota Mamuju, Tapalang dan Kantor Bupati. Sedangkan di Kabupaten Majene, dua titik teridentifikasi yakni di SPN Malunda dan Desa Sulet Malunda.

Pemerintah Provinsi Sulbar telah menetapkan status tanggap darurat bencana gempa bumi selama 14 hari, terhitung dari 15 Januari 2021 hingga 28 Januari 2021.

Pewarta : M Darwin Fatir
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024