Mamuju (ANTARA) - Kepala Dinas Komunikasi Informatika, Persandian dan Statistik Provinsi Sulawesi Barat Safaruddin Sanusi menerima suntikan perdana vaksin COVID-19.

"Vaksinasi COVID-19 ini merupakan tindak lanjut dari jadwal vaksinasi yang sempat tertunda akibat terjadinya gempa di Mamuju dan Majene, pada 15 Januari 2021," kata Safaruddin, usai menerima suntikan vaksin COVID-19 di Puskesmas Rangas Kabupaten Mamuju, Selasa.

Safaruddin yang juga sebagai Jubir Satgas COVID-19 Sulbar menjadi pejabat pertama di lingkup Pemprov Sulbar yang divaksin. 

Sebelum divaksin, Safaruddin mengikuti serangkaian prosedur di Puskesmas Rangas, seperti mengambil nomor antrean kemudian melakukan pengisian formulir sesuai KTP. 

Selain Kadis Kominfopers, di tempat yang sama juga hadir Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Sulbar Prof Gufran Darma. 

Hanya saja setelah dilakukan pemeriksaan, untuk sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulbar itu tidak direkomendasikan menerima penyuntikan vaksin COVID-19 dan harus menunggu penjadwalan ulang.

Safaruddin mengatakan, penyuntikan vaksin COVID-19 yang telah dijalani itu membuktikan bahwa vaksin Sinovac halal,  sekaligus sebagai upaya mensukseskan program pemerintah terhadap pencegahan penyebaran COVID-19.

Hal tersebut juga lanjutnya, bisa menjadi contoh sosialisasi vaksinasi COVID-19.

"Semoga kegiatan ini menjadi contoh sosialisasi vaksinasi COVID-19. Insya Allah seluruh masyarakat dan bahkan pejabat menjadi contoh dalam sosialisasi vaksin Sinovac ini," tutur Safaruddin

Ia menambahkan, sesuai data Dinas Kesehatan Sulbar dari target vaksinasi sebanyak 9.000 orang sasaran vaksin COVID-19,  hingga 21 Februari 2021 sudah 6.477 orang yang sudah divaksin yang tersebar di enam kabupaten. 

Sementara itu, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Sulbar Prof Gufran Darma mengatakan, pada kegiatan vaksinasi tersebut dirinya tidak lolos skrining akibat tekanan darahnya di atas ambang normal yakni 180/110, sehingga diberi obat untuk menurunkan tekanan darah. 

"Tekanan darah saya masih di atas ambang normal yakni 180/110, sehingga minggu depan saya disuruh kembali ke sini melakukan skrining ulang. Tim medis sudah menyampaikan dengan sangat baik seperti itu," kata Gufran.

Tertundanya menerima suntikan vaksin tersebut menurut Gufran, menjadi pembelajaran bahwa tidak semua orang bisa divaksin.

Ia menyampaikan bahwa COVID-19 tidak bisa dianggap remeh dan vaksin merupakan solusi dari hal tersebut demi memutus mata rantai penyebaran COVID-19. 

Pewarta : Amirullah
Editor : Suriani Mappong
Copyright © ANTARA 2024