Makassar (ANTARA News) - Abrasi pantai menjadi salah satu pemicu kerusakan hutan mangrove atau bakau di Sulawesi Selatan yang kini mencapai 50 persen dari sekitar 132.900 hektare habitat hutan bakau di daerah ini.

"Kerusakan hutan bakau di Sulsel sudah sangat memprihatinkan, karena selain habitat bakau makin berkurang, turut mempengaruhi kurangnya sumber daya hayati di wilayah pesisir," kata Direktur Eksekutif Jurnal Celebes Mustam Arif di Makassar, Senin.

Menurut pemerhati lingkungan ini, untuk merehabilitasi hutan bakau di Sulsel perlu dilakukan secara terpadu dengan melibatkan semua pihak.

"Bukan hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat yang berkecimpung di wilayah pesisir dan pihak terkait lainnya," ujarnya.

Mengenai makin bekurangnya sumber daya pesisir, ia mengatakan para nelayan kini semakin sulit mencari ikan maupun kepiting di wilayah pesisir khususnya di sekitar hutan bakau.

Selain abrasi pantai yang menjadi pemicu menipisnya hutan bakau di Sulsel, menurut dia reklamasi pantai juga menjadi pemicu, apalagi jika reklamasi itu tidak mempertimbangkan ekologi atau ekosistem.

"Di Makassar saja sudah ada dua kegiatan reklamasi pantai yakni Pantai Losari dan reklamasi pantai di Buloa, Kecamatan Tallo," katanya.

Salah seorang nelayan di Buloa, Kecamatan Tallo Badaruddin mengatakan sejak reklamasi di Buloa, ikan, kepiting atau kerang tidak ada lagi di wilayah pesisir.

"Kami terpaksa jauh ke tengah laut untuk mencari ikan atau kepiting, karena tidak ada lagi di pinggir pantai," katanya.(T.S036/M008)



Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024