Makassar (ANTARA News) - Salah satu korban kebakaran yang menghanguskan 35 unit rumah di jalan Kakatua Makassar, 14 April dini hari, Arianto, terancam tidak ikut Ujian Nasional (UN) karena seluruh harta dan perlengkapan sekolahnya hangus terbakar.
Saat ditemui di posko bencana, RW 02 RT 05 Kelurahan Mariso Makassar, Jumat, Arianto menyebutkan seluruh buku pelajaran, maupun uang yang disiapkan membayar biaya UN dan tunggakan SPP selama tiga bulan, ikut terbakar.
Ironisnya, tempat Arianto menimba ilmu, SMA Nasional Makassar mengharuskan setiap siswa membayar biaya UN Rp800 ribu, belum lagi tunggakan SPP Rp100 ribu setiap bulan.
Kini, anak ke tiga dari lima bersaudara ini, tidak bisa berbuat apa-apa, selain meratapi seisi rumahnya rata dengan tanah. Kecuali menunggu uluran tangan dari dermawan.
Apalagi, orang tua Arianto hanya seorang wiraswasta yang berpenghasilan tidak tetap, sementara dua kakaknya juga pengangguran.
"Saya tetap berusaha ikut kalau diizinkan sekolah. Saya masih punya seragam batik yang kebetulan tertinggal di rumah teman," ucapnya.
Korban lainnya, siswi SMK Negeri 7 Makassar, Rezki Resianti mengaku hanya menyelamatkan buku Matematika dan Bahasa Indonesia yang kebetulan berada dalam tas sekolah yang ia sempat selamatkan.
"Saya amankan tas karena kartu UN ada didalam, ternyata ada juga dua buku didalam," ucapnya.
Kalau pun seluruh pakaiannya ikut terbakar, Rezki tetap bertekad ikut UN dengan meminjam baju teman.
Sebelum musibah kebakaran, si sulung dari lima bersaudara ini hidup pas-pasan. Ayahnya, Abdul Sidiq hanya pegawai kontrak di Dinas Sosial Kota Makassar.
Rezki juga tidak langsung patah arang dengan musibah tersebut. Meski mentalnya tergoncang, ia tetap ikut UN bersama teman-temanya.
Orang tua Rezki juga sudah menyampaikan langsung kejadian tersebut kepada Kepala Sekolah SMK 7.
Bukan cuma Arianto dan Rezki, setidaknya ada 33 murid SD sampai mahasiswa yang juga terancam terkatung-katung pendidikannya akibat kebakaran tersebut.
Tercatat, ada enam siswa yang akan menghadapi UN yang mulai digelar 18 April, masing-masing 2 SMA/SMK dan empat SMP. (T.KR-AAT/S019)
Saat ditemui di posko bencana, RW 02 RT 05 Kelurahan Mariso Makassar, Jumat, Arianto menyebutkan seluruh buku pelajaran, maupun uang yang disiapkan membayar biaya UN dan tunggakan SPP selama tiga bulan, ikut terbakar.
Ironisnya, tempat Arianto menimba ilmu, SMA Nasional Makassar mengharuskan setiap siswa membayar biaya UN Rp800 ribu, belum lagi tunggakan SPP Rp100 ribu setiap bulan.
Kini, anak ke tiga dari lima bersaudara ini, tidak bisa berbuat apa-apa, selain meratapi seisi rumahnya rata dengan tanah. Kecuali menunggu uluran tangan dari dermawan.
Apalagi, orang tua Arianto hanya seorang wiraswasta yang berpenghasilan tidak tetap, sementara dua kakaknya juga pengangguran.
"Saya tetap berusaha ikut kalau diizinkan sekolah. Saya masih punya seragam batik yang kebetulan tertinggal di rumah teman," ucapnya.
Korban lainnya, siswi SMK Negeri 7 Makassar, Rezki Resianti mengaku hanya menyelamatkan buku Matematika dan Bahasa Indonesia yang kebetulan berada dalam tas sekolah yang ia sempat selamatkan.
"Saya amankan tas karena kartu UN ada didalam, ternyata ada juga dua buku didalam," ucapnya.
Kalau pun seluruh pakaiannya ikut terbakar, Rezki tetap bertekad ikut UN dengan meminjam baju teman.
Sebelum musibah kebakaran, si sulung dari lima bersaudara ini hidup pas-pasan. Ayahnya, Abdul Sidiq hanya pegawai kontrak di Dinas Sosial Kota Makassar.
Rezki juga tidak langsung patah arang dengan musibah tersebut. Meski mentalnya tergoncang, ia tetap ikut UN bersama teman-temanya.
Orang tua Rezki juga sudah menyampaikan langsung kejadian tersebut kepada Kepala Sekolah SMK 7.
Bukan cuma Arianto dan Rezki, setidaknya ada 33 murid SD sampai mahasiswa yang juga terancam terkatung-katung pendidikannya akibat kebakaran tersebut.
Tercatat, ada enam siswa yang akan menghadapi UN yang mulai digelar 18 April, masing-masing 2 SMA/SMK dan empat SMP. (T.KR-AAT/S019)