Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) memasok SDM industri di Sulawesi untuk mendorong pertumbuhan industri di daerah itu dan mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
“Kami memiliki dua Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dua Politeknik, dan satu Akademi Komunitas (AK) di wilayah Sulawesi yang telah mencetak sebanyak 1.187 lulusan kompeten dan siap kerja yang terserap tidak hanya di wilayah Sulawesi, namun tersebar di seluruh Indonesia,” kata Kepala BPSDMI Kemenperin, Arus Gunawan di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, beberapa unit pendidikan tinggi yang berbentuk Politenik dan Akademi Komunitas didirikan oleh Kemenperin guna mendukung pembangunan kawasan industri atau wilayah pusat pertumbuhan industri di timur Indonesia, seperti di Bantaeng, Sulawesi Selatan dan Morowali, Sulawesi Tengah.
“Pendirian Politeknik dan Akademi Komunitas itu, tentu saja akan mendukung iklim investasi di wilayah tersebut, yang juga memberikan multiplier effect terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan ekonomi setempat,” ungkapnya melalui keterangan tertulis.
Menurut Arus, kebutuhan tenaga kerja di Bantaeng terus meningkat seiring dengan pertumbuhan kawasan industri di daerah tersebut.
“Tidak hanya memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri di level operator, tetapi juga memasok kepada level supervisor dan superintendent,” ujarnya.
Setiap tahun, sekitar 96 lulusan AK Manufaktur Bantaeng terserap langsung di industri. Salah satunya di PT Huadi Nickel Alloy Indonesia. Ini menambah pasokan dari Politeknik ATI Makassar yang tahun 2020 meluluskan sebanyak 490 orang.
AK Manufaktur Bantaeng menyelenggarakan pendidikan Diploma II untuk tiga program studi, yaitu Teknik Perawatan Mesin, Teknik Listrik dan Instalasi, serta Analisis Kimia.
“Ke depan, karena kawasan ini berkembang pesat, kami akan mendorong kampus untuk menyelenggarakan program pendidikan vokasi industri setara D1 untuk mendukung operasional sektor industri di Bantaeng,” imbuhnya.
Sementara itu, guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri yang kompoten di kawasan industri Morowali, BPSDMI telah membangun Politeknik Industri Logam Morowali dengan membuka tiga prodi, yaitu Tehnik Kimia Mineral, Tehnik Listrik dan Instalasi serta Tehnik Perawatan Mesin.
“Letaknya yang cukup jauh dari ibukota provinsi dan akses transportasi yang terbatas, tidak menurunkan semangat lulusan SMK untuk bisa kuliah di kampus tersebut,” tutur Arus.
Setiap tahun, Politeknik tersebut mencetak sekitar 90 lulusan, yang langsung terserap oleh perusahaan di kawasan industri Morowali.
PT. IMIP, salah satu mitra utama Kemenperin dalam menginisiasi pembangunan Politeknik Morowali tersebut, sekaligus juga menjadi penyerap lulusannya.
“Selama ini, kawasan Industri memiliki kemitraan yang erat dengan kampus dalam menyediakan kegiatan praktik industri bagi mahasiswa, praktisi dan industri, serta menyediakan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran. Tentu saja begitu lulus langsung siap bekerja,” Jelas Djoko Suprapto, Manajer Umum PT. IMIP.
Sementara itu, Manager HRD PT Huadi Nickel Alloy Indonesia, A. Adrianti Latippa juga mengakui kebutuhan tenaga kerja di perusahaannya yang cukup besar dapat dipenuhi dari AK Bantaeng.
“Hingga tahun 2022, kebutuhan tenaga kerja kami mencapai 1.500 orang,” ujarnya.
“Kami memiliki dua Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dua Politeknik, dan satu Akademi Komunitas (AK) di wilayah Sulawesi yang telah mencetak sebanyak 1.187 lulusan kompeten dan siap kerja yang terserap tidak hanya di wilayah Sulawesi, namun tersebar di seluruh Indonesia,” kata Kepala BPSDMI Kemenperin, Arus Gunawan di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, beberapa unit pendidikan tinggi yang berbentuk Politenik dan Akademi Komunitas didirikan oleh Kemenperin guna mendukung pembangunan kawasan industri atau wilayah pusat pertumbuhan industri di timur Indonesia, seperti di Bantaeng, Sulawesi Selatan dan Morowali, Sulawesi Tengah.
“Pendirian Politeknik dan Akademi Komunitas itu, tentu saja akan mendukung iklim investasi di wilayah tersebut, yang juga memberikan multiplier effect terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan ekonomi setempat,” ungkapnya melalui keterangan tertulis.
Menurut Arus, kebutuhan tenaga kerja di Bantaeng terus meningkat seiring dengan pertumbuhan kawasan industri di daerah tersebut.
“Tidak hanya memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri di level operator, tetapi juga memasok kepada level supervisor dan superintendent,” ujarnya.
Setiap tahun, sekitar 96 lulusan AK Manufaktur Bantaeng terserap langsung di industri. Salah satunya di PT Huadi Nickel Alloy Indonesia. Ini menambah pasokan dari Politeknik ATI Makassar yang tahun 2020 meluluskan sebanyak 490 orang.
AK Manufaktur Bantaeng menyelenggarakan pendidikan Diploma II untuk tiga program studi, yaitu Teknik Perawatan Mesin, Teknik Listrik dan Instalasi, serta Analisis Kimia.
“Ke depan, karena kawasan ini berkembang pesat, kami akan mendorong kampus untuk menyelenggarakan program pendidikan vokasi industri setara D1 untuk mendukung operasional sektor industri di Bantaeng,” imbuhnya.
Sementara itu, guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri yang kompoten di kawasan industri Morowali, BPSDMI telah membangun Politeknik Industri Logam Morowali dengan membuka tiga prodi, yaitu Tehnik Kimia Mineral, Tehnik Listrik dan Instalasi serta Tehnik Perawatan Mesin.
“Letaknya yang cukup jauh dari ibukota provinsi dan akses transportasi yang terbatas, tidak menurunkan semangat lulusan SMK untuk bisa kuliah di kampus tersebut,” tutur Arus.
Setiap tahun, Politeknik tersebut mencetak sekitar 90 lulusan, yang langsung terserap oleh perusahaan di kawasan industri Morowali.
PT. IMIP, salah satu mitra utama Kemenperin dalam menginisiasi pembangunan Politeknik Morowali tersebut, sekaligus juga menjadi penyerap lulusannya.
“Selama ini, kawasan Industri memiliki kemitraan yang erat dengan kampus dalam menyediakan kegiatan praktik industri bagi mahasiswa, praktisi dan industri, serta menyediakan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran. Tentu saja begitu lulus langsung siap bekerja,” Jelas Djoko Suprapto, Manajer Umum PT. IMIP.
Sementara itu, Manager HRD PT Huadi Nickel Alloy Indonesia, A. Adrianti Latippa juga mengakui kebutuhan tenaga kerja di perusahaannya yang cukup besar dapat dipenuhi dari AK Bantaeng.
“Hingga tahun 2022, kebutuhan tenaga kerja kami mencapai 1.500 orang,” ujarnya.