Brasilia (ANTARA) - Presiden sayap kanan Brazil Jair Bolsonaro mengabaikan seruan untuk menghentikan perseteruannya dengan Mahkamah Agung pada Jumat (6/8) dan menyebut salah satu hakimnya sebagai "anak pelacur."
Penyebutan itu dilakukan Bolsonaro di tengah meningkatnya ketegangan atas klaimnya yang tidak berdasar bahwa sistem pemungutan suara di Brazil rentan terhadap penipuan.
Berbicara kepada para pendukungnya di Brazil selatan, dia menghina Luis Roberto Barroso, hakim agung yang juga mengepalai Mahkamah Agung Pemilu.
Penghinaan itu diucapkan Bolsonaro dalam siaran langsung yang dibagikan di akun Facebook pribadinya tetapi kemudian dihapus. Salinan siaran itu terus dibagikan ulang di media sosial.
Hakim Barroso, yang berbicara di sebuah forum tentang sistem pemilu setelah komentar Bolsonaro tersebut, mengatakan bahwa jika tindakannya menyebabkan ketaknyamanan sedemikian rupa, itu menandakan bahwa dia melakukan tugasnya dengan benar.
Bolsonaro selama berminggu-minggu telah mencerca perangkat elektronik yang digunakan dalam pemilihan di Brazil. Dia mendorong digunakannya tanda terima tercetak yang dapat dihitung jika ada hasil pemilihan yang dipermasalahkan.
Kritikus mengatakan Bolsonaro, seperti mantan Presiden AS Donald Trump, menabur keraguan jika dia kalah dalam pemilihan presiden tahun depan. Dia mengancam tidak akan menerima hasilnya jika sistem tidak diubah.
Dengan popularitasnya yang jatuh setelah Brazil mengalami angka kematian COVID-19 tertinggi kedua di dunia, jajak pendapat menunjukkan Bolsonaro membuntuti mantan Presiden sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva, meskipun tak satu pun dari mereka secara resmi mengumumkan akan mencalonkan diri.
Awal pekan ini Mahkamah Agung menyetujui penyelidikan atas tuduhan tidak berdasar presiden tentang kecurangan pemilih.
Pada Kamis, dalam kemunduran terburuk Bolsonaro di Kongres sejak menjabat pada 2019, sebuah komite majelis rendah memilih untuk mengesampingkan amendemen konstitusi yang telah dia dorong untuk mengadopsi surat suara tercetak.
Ketua Kongres Arthur Lira mengatakan pada Jumat bahwa dia akan memasukkan amendemen kontroversial ke pleno meskipun komite kalah.
Lira menjelaskan keputusan itu menyebutkan resolusi cepat lebih disukai karena ketegangan politik atas masalah ini menghambat agenda legislatif negara.
Proposal itu tidak diharapkan menggagalkan majelis rendah di mana amendemen konstitusi membutuhkan tiga perlima suara.
Sebelumnya pada Jumat, Presiden Senat Rodrigo Pacheco mengkritik Bolsonaro atas serangannya terhadap Mahkamah Agung dan menawarkan untuk menengahi, dengan mengatakan penghinaan presiden terhadap Barroso tidak dapat diterima.
Pacheco mengatakan Bolsonaro harus menghormati hasil pemilihan tahun depan bahkan jika dia gagal mengubah sistem pemungutan suara elektronik - yang menurut presiden rentan terhadap gangguan.
"Setiap ancaman, betapapun kecilnya, terhadap demokrasi ini akan segera ditolak oleh Senat," kata Pacheco dalam wawancara televisi GloboNews.
Ketua Senat itu mengatakan siapa pun yang menganjurkan "penarikan mundur demokratis" atau penangguhan pemilihan tahun depan akan dilihat sebagai "musuh bangsa."
"Saya pikir mayoritas di Kongres saat ini ingin mempertahankan sistem pemungutan suara elektronik," katanya.
Sumber: Reuters
Penyebutan itu dilakukan Bolsonaro di tengah meningkatnya ketegangan atas klaimnya yang tidak berdasar bahwa sistem pemungutan suara di Brazil rentan terhadap penipuan.
Berbicara kepada para pendukungnya di Brazil selatan, dia menghina Luis Roberto Barroso, hakim agung yang juga mengepalai Mahkamah Agung Pemilu.
Penghinaan itu diucapkan Bolsonaro dalam siaran langsung yang dibagikan di akun Facebook pribadinya tetapi kemudian dihapus. Salinan siaran itu terus dibagikan ulang di media sosial.
Hakim Barroso, yang berbicara di sebuah forum tentang sistem pemilu setelah komentar Bolsonaro tersebut, mengatakan bahwa jika tindakannya menyebabkan ketaknyamanan sedemikian rupa, itu menandakan bahwa dia melakukan tugasnya dengan benar.
Bolsonaro selama berminggu-minggu telah mencerca perangkat elektronik yang digunakan dalam pemilihan di Brazil. Dia mendorong digunakannya tanda terima tercetak yang dapat dihitung jika ada hasil pemilihan yang dipermasalahkan.
Kritikus mengatakan Bolsonaro, seperti mantan Presiden AS Donald Trump, menabur keraguan jika dia kalah dalam pemilihan presiden tahun depan. Dia mengancam tidak akan menerima hasilnya jika sistem tidak diubah.
Dengan popularitasnya yang jatuh setelah Brazil mengalami angka kematian COVID-19 tertinggi kedua di dunia, jajak pendapat menunjukkan Bolsonaro membuntuti mantan Presiden sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva, meskipun tak satu pun dari mereka secara resmi mengumumkan akan mencalonkan diri.
Awal pekan ini Mahkamah Agung menyetujui penyelidikan atas tuduhan tidak berdasar presiden tentang kecurangan pemilih.
Pada Kamis, dalam kemunduran terburuk Bolsonaro di Kongres sejak menjabat pada 2019, sebuah komite majelis rendah memilih untuk mengesampingkan amendemen konstitusi yang telah dia dorong untuk mengadopsi surat suara tercetak.
Ketua Kongres Arthur Lira mengatakan pada Jumat bahwa dia akan memasukkan amendemen kontroversial ke pleno meskipun komite kalah.
Lira menjelaskan keputusan itu menyebutkan resolusi cepat lebih disukai karena ketegangan politik atas masalah ini menghambat agenda legislatif negara.
Proposal itu tidak diharapkan menggagalkan majelis rendah di mana amendemen konstitusi membutuhkan tiga perlima suara.
Sebelumnya pada Jumat, Presiden Senat Rodrigo Pacheco mengkritik Bolsonaro atas serangannya terhadap Mahkamah Agung dan menawarkan untuk menengahi, dengan mengatakan penghinaan presiden terhadap Barroso tidak dapat diterima.
Pacheco mengatakan Bolsonaro harus menghormati hasil pemilihan tahun depan bahkan jika dia gagal mengubah sistem pemungutan suara elektronik - yang menurut presiden rentan terhadap gangguan.
"Setiap ancaman, betapapun kecilnya, terhadap demokrasi ini akan segera ditolak oleh Senat," kata Pacheco dalam wawancara televisi GloboNews.
Ketua Senat itu mengatakan siapa pun yang menganjurkan "penarikan mundur demokratis" atau penangguhan pemilihan tahun depan akan dilihat sebagai "musuh bangsa."
"Saya pikir mayoritas di Kongres saat ini ingin mempertahankan sistem pemungutan suara elektronik," katanya.
Sumber: Reuters