Makassar (ANTARA) - Dengan modal semangat dan tabungan seadanya, warung kapurung yang merupakan kuliner khas Palopo, Sulawesi Selatan mulai menghiasi jajaran pertokoan di perbatasan wilayah Kota Makassar dan Kabupaten Maros. 

Perempuan asal tanah Luwu bernama Salmawati (30), memilih menjadi pelaku UMKM kuliner setelah menjejali sejumlah pekerjaan kantoran di Kota Makassar. 

Alasan perempuan bersahaja lulusan SMK 8 Makassar jurusan Tata Boga ini banting setir menjadi pengusaha kuliner, karena ingin mengatur jam kerjanya sendiri, sekaligus menjaga ibunya di rumah yang sudah lanjut usia. 

Menurut anak bungsu dari tiga bersaudara ini, dengan bekerja di rumah, ia merasa lebih tenang karena dapat mengurus dan mengawasi ibunya. Ayahnya telah meninggal 15 tahun silam. Sejak itu ia hanya tinggal berdua dengan ibunya, karena kedua kakaknya sudah menikah dan tinggal di luar Kota Makassar.  

Untuk membuka warung sederhana dengan menu khas Palopo itu, awalnya dilakukan sendiri. Mulai dari ke pasar tradisonal membeli bahan-bahan kapurung, selanjutnya diolah untuk menjadi makanan siap santap, dilakoninya dari hari ke hari tanpa merasa jenuh. 

"Awalnya, hanya membeli bahan kapurung seharga Rp500 ribu per hari untuk diolah lalu dijual. Pembeli akhirnya mulai berdatangan untuk makan di tempat dan ada pula yang bungkus, bawa pulang," tutur Salmawati yang lebih akrab disapa Salma.

Aktivitas rutin itu yang sudah menghasilkan keuntungan menutupi rasa lelahnya, tiba-tiba dihentakkan dengan mewabahnya Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) pada Maret 2020. 

Seperti halnya dengan usaha kuliner di sekitarnya, warungnya pun terpaksa tutup, setelah pemberlakuan kebijakan pemerintah yang menetapkan pembatasan jam operasional dan pembeli tidak boleh makan di tempat, 

Kondisi ini membuat Salma harus terpaksa berpikir keras dan mencari strategi untuk keluar dari masalah itu. 

Salah seorang temannya yang lebih awal menggunakan platform digital untuk memasarkan produk kulinernya, menyarankan bergabung dengan GoFood yang dikelola perusahaan karya anak bangsa yakni Gojek. 

Ajakan tersebut tidak langsung diterima, karena Salma masih ragu dan belum memahami sistem bagi hasil yang ditetapkan Gojek kepada mitranya. 

Setelah datang ke kantor Gojek di Makassar dan mendapatkan penjelasan detail terkait kemitraan dengan pengelola platform digital ini, akhirnya ia pun memutuskan untuk bergabung dengan harapa mendapatkan pelanggan lebih banyak secara daring. 

Sebelumnya, jelas Salma, pelanggannya hanya menerima informasi dari mulut ke mulut akan keberadaan warung kapurungnya.

Diakui, hari pertama bergabung dengan GoFood, belum ada perubahan yang berarti, karena masih sama kondisinya ketika menjual "off line".

Hal itu berlangsung hingga sebulan. Namun memasuki bulan kedua, orderan secara daring mulai datang satu per satu. Bahkan pada bulan ketiga, orderan melalui aplikasi Gojek, jauh lebih banyak dibandingkan yang bertandang ke warung untuk membeli menu khas berbahan sagu dan sayur-mayur itu.

Kondisi tersebut membuat Salma  memperoleh secercah harapan. Setidaknya, minimal pendapatannya sama ketika sebelum pandemi COVID-19 masuk ke Makassar.

Ternyata pucuk dicinta, ulam pun tiba. Salma mulai kebanjiran orderan dari warga Kota Makassar dan Kabupaten Maros yang memilih kuliner yang menyehatkan pada saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diberlakukan oleh pemerintah. 

"Kuliner khas ini diyakini dapat meningkatkan imun tubuh dalam menghadapi pandemi COVID-19," katanya. 

Semua itu, lanjut dia, karena bantuan platform digital dalam mencarikan pembeli. Termasuk untuk memesan bahan baku jualannya pun, tak perlu datang sendiri ke penjual di pasar.

Namun cukup menggunakan layanan GoSend, semua pesanannya tiba di rumah tanpa bersusah-payah. Itupun bisa dibayar di rumah aias COD.  Ilustrasi platfom digital GoJek yang membantu UMKM bangkit kembali pada masa adaptasi normal baru.  ANTARA / Suriani Mappong
Seiring dengan perkembangan penanganan COVID-19 di lapangan, pesanan daring pun terus meningkat, karena lebih banyak yang membutuhkan makanan tanpa perlu ke luar rumah. 

Di sisi lain, pemberlakuan adaptasi normal baru membuat semua kegiatan usaha mulai dilonggarkan kembali. Warung kapurung yang dikelola Salma pun kembali berjalan normal melayani pelanggan yang ingin mencicipi langsung di lokasi, selain tetap menerima order daring.

Bahkan setelah Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah bergeser ke Work From Office (WFO), Salma mulai mendapatkan orderan catering dari sejumlah kantor pemerintah dan swasta di Kota Makassar dan Kabupaten Maros. 

Kisah Salma ini hanyalah sepenggal kisah dari ratusan bahkan jutaan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM) di Sulawesi Selatan, bahkan di Indonesia yang pelan tapi pasti mulai bangkit kembali dengan dijembatani oleh platform digital.

Mengenai perkembangan usaha pelaku UMKM di Makassar, Lembaga Demografi Universitas Indonesia (UI) melansir sekitar 90 persen UMKM Makassar terbantu dengan ekosistem digital seperti ekosistem Gojek.

Hal itu diungkapkan peneliti senior UI Wongkaren, PhD bahwa adaptasi normal baru, telah membuktikan peran penting platform digital dalam menjembatani kebangkitan UMKM di lapangan.
 
Dari hasil survei itu menunjukkan jika ekosistem Gojek membuat 90 persen UMKM GoFood merasa lebih cepat beradaptasi di masa pandemi COVID-19, sehingga bisa terus bertahan. Sedangkan 89 persen UMKM GoFood cenderung optimistis bisa pulih dan tumbuh ke depannya dengan terus menjadi mitra Gojek..

Hal tersebut diakui Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sulsel, Abdul Malik Faisal. Menurut dia, melalui kerja sama dengan Gojek dan pihak terkait diharapkan memberikan solusi yang mendukung UMKM ‘naik kelas’ dengan memanfaatkan sistem digitalisasi.

Karena itu, Gojek dengan digitalisasinya diharapkan mampu mendorong UMKM di daerah ini untuk bangkit kembali pada masa adaptasi normal baru ini.

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Redaktur Makassar
Copyright © ANTARA 2024