Makassar (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menyiapkan modul sistem manajemen pembelajaran (learning management system) dengan 225 materi untuk mendukung literasi keuangan di lapangan.
``Modul ini nanti dapat diakses secara daring (on line) oleh masyarakat, sehingga bisa belajar keuangan secara mandiri, belajar, saham, asuransi, tabungan dan sebagainya,`` kata Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara pada kegiatan Bulan Inklusi Keuangan 2021 yang digelar secara virtul dengan peserta Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Maluku, Selasa.
Literasi dan inklusi keuangan itu penting agar masyarakat tidak menjadi korban dari ulah oknum yang tidak bertanggung jawab yang mengatasnamakan lembaga keuangan, baik untuk kegiatan investasi ataupun modal produktif.
Mengenai upaya OJK mendukung iklusi keuangan itu, lanjut Tirta, setidaknya sudah dilakukan 1.000kali pertemuan yang didominasi dengan pertemuan virtual pada masa COVID-19 jelang dua tahun terakhir.
Diakui capaian pertemuan sekaligus edukasi keuangan ini, jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertemuan tatap muka (face to face) yang terbatas ruang dan waktunya.
``Dalam kondisi pandemi seperti sekarang, mau tidak mau harus beradaptasi dengan memanfaatkan media internet untuk menjangkau masyarakat hingga ke pelosok desa ataupun pesisir,`` katanya.
Hanya saja, tantangan pada era digital ini, ketik harus menjangkau lokasi yang belum dapat mengakses internet.
Sementara untuk menjangkau pelajar dalam literasi keuangan, lanjut dia, OJK menggandeng sekolah sebagai agen laku pandai. Saat ini sudah 63 persen menjangkau total pelajar di Indonesia yang menerima edukasi dan memiliki tabungan.
``Target tahun ini 70 persen dan tahun depan diharapkan mencapai 70 persen dari total pelajar untuk literasi keuangan,`` kata Tirta.
``Modul ini nanti dapat diakses secara daring (on line) oleh masyarakat, sehingga bisa belajar keuangan secara mandiri, belajar, saham, asuransi, tabungan dan sebagainya,`` kata Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara pada kegiatan Bulan Inklusi Keuangan 2021 yang digelar secara virtul dengan peserta Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Maluku, Selasa.
Literasi dan inklusi keuangan itu penting agar masyarakat tidak menjadi korban dari ulah oknum yang tidak bertanggung jawab yang mengatasnamakan lembaga keuangan, baik untuk kegiatan investasi ataupun modal produktif.
Mengenai upaya OJK mendukung iklusi keuangan itu, lanjut Tirta, setidaknya sudah dilakukan 1.000kali pertemuan yang didominasi dengan pertemuan virtual pada masa COVID-19 jelang dua tahun terakhir.
Diakui capaian pertemuan sekaligus edukasi keuangan ini, jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertemuan tatap muka (face to face) yang terbatas ruang dan waktunya.
``Dalam kondisi pandemi seperti sekarang, mau tidak mau harus beradaptasi dengan memanfaatkan media internet untuk menjangkau masyarakat hingga ke pelosok desa ataupun pesisir,`` katanya.
Hanya saja, tantangan pada era digital ini, ketik harus menjangkau lokasi yang belum dapat mengakses internet.
Sementara untuk menjangkau pelajar dalam literasi keuangan, lanjut dia, OJK menggandeng sekolah sebagai agen laku pandai. Saat ini sudah 63 persen menjangkau total pelajar di Indonesia yang menerima edukasi dan memiliki tabungan.
``Target tahun ini 70 persen dan tahun depan diharapkan mencapai 70 persen dari total pelajar untuk literasi keuangan,`` kata Tirta.