Jayapura (ANTARA) - Pelayar berpengalaman asal Bali, I Gusti Made Oka Sulaksana, menyabet medali emas Pekan Olahraga Nasional (PON) delapan edisi beruntun setelah kembali menjadi jawara di nomor RSX 9.5 putra PON Papua.
Oka Sulaksana menutup perlombaan dengan total nilai 10.00 poin, setelah memenangi dua dari tiga balapan hari terakhir di perairan Pantai Hamadi, Kota Jayapura, Rabu.
Raihan di Papua, membuat pelayar berusia 50 tahun itu tak pernah absen dari podium tertinggi di PON semenjak edisi 1993 Jakarta.
Oka mengaku berharap bahwa pembinaan atlet layar di Indonesia bisa berkelanjutan dan ingin segera ada penerus yang bisa mengalahkannya.
"Ya sebenarnya sih kami juga ingin ada pembinaan dari atletnya sendiri, karena nyatanya dengan usia saya yang segini belum ada yang bisa menggantikan," kata Oka.
"Tapi di Bali kami bisa mencetak banyak yang muda-muda, bahkan ada Komang Suartana yang sudah sering mengalahkan saya. Kalau nasional mungkin bagaimana caranya supaya banyak ada kejuaraan yang lebih banyak," ujarnya menambahkan.
Dengan terciptanya ekosistem pembinaan bibit-bibit muda, Oka mengaku siap bila dibutuhkan tenaganya untuk memoleh atlet-atlet baru layar baru Indonesia.
"Saya juga sering kena tegur, umur segini masih main, tapi kan balik lagi memangnya kalau sudah selesai PB mau tanggung jawab kami cari makan?" katanya.
"Jadi kalau dibilang harus membina dan betul-betul jadi pelatih yang ditargetkan sesuatu kan lebih jelas dan bagus begitu," tutup Oka.
Medali perak diraih oleh atlet Papua Barat I Gede Subagiasa yang mencatatkan 22.00 poin, sedangkan perunggu dibawa pulang wakil Jawa Timur Susilo dengan 24.00 poin.
Selamat empat hari pertama cabang olahraga layar PON Papua telah melombakan delapan nomor yang diikuti 60 atlet dari 13 provinsi.
Selanjutnya pada Kamis (7/11) dua nomor layar akan dilombakan yakni Laser Handicap Marathon terbuka dan RS One Marathon terbuka, yang bakal diikuti 14 peserta dari sembilan provinsi.
Oka Sulaksana menutup perlombaan dengan total nilai 10.00 poin, setelah memenangi dua dari tiga balapan hari terakhir di perairan Pantai Hamadi, Kota Jayapura, Rabu.
Raihan di Papua, membuat pelayar berusia 50 tahun itu tak pernah absen dari podium tertinggi di PON semenjak edisi 1993 Jakarta.
Oka mengaku berharap bahwa pembinaan atlet layar di Indonesia bisa berkelanjutan dan ingin segera ada penerus yang bisa mengalahkannya.
"Ya sebenarnya sih kami juga ingin ada pembinaan dari atletnya sendiri, karena nyatanya dengan usia saya yang segini belum ada yang bisa menggantikan," kata Oka.
"Tapi di Bali kami bisa mencetak banyak yang muda-muda, bahkan ada Komang Suartana yang sudah sering mengalahkan saya. Kalau nasional mungkin bagaimana caranya supaya banyak ada kejuaraan yang lebih banyak," ujarnya menambahkan.
Dengan terciptanya ekosistem pembinaan bibit-bibit muda, Oka mengaku siap bila dibutuhkan tenaganya untuk memoleh atlet-atlet baru layar baru Indonesia.
"Saya juga sering kena tegur, umur segini masih main, tapi kan balik lagi memangnya kalau sudah selesai PB mau tanggung jawab kami cari makan?" katanya.
"Jadi kalau dibilang harus membina dan betul-betul jadi pelatih yang ditargetkan sesuatu kan lebih jelas dan bagus begitu," tutup Oka.
Medali perak diraih oleh atlet Papua Barat I Gede Subagiasa yang mencatatkan 22.00 poin, sedangkan perunggu dibawa pulang wakil Jawa Timur Susilo dengan 24.00 poin.
Selamat empat hari pertama cabang olahraga layar PON Papua telah melombakan delapan nomor yang diikuti 60 atlet dari 13 provinsi.
Selanjutnya pada Kamis (7/11) dua nomor layar akan dilombakan yakni Laser Handicap Marathon terbuka dan RS One Marathon terbuka, yang bakal diikuti 14 peserta dari sembilan provinsi.