Mimika (ANTARA) - Ada yang berbeda dari penampilan pebola basket putri DKI Jakarta, Jesslyn Angelique Aritonang saat berlaga kontra Sulawesi Selatan pada partai perebutan tempat ketiga PON XX Papua, Sabtu (9/10).
Wajah Jesslyn tertutup dengan semacam topeng berwarna hitam yang melingkupi kening dan hidungnya.
Penampilan itu membuatnya sangat mencolok di lapangan Mimika Sport Complex, Mimika, semencolok performanya yang gemilang pada laga tersebut.
Jesslyn menjadi penyumbang poin tertinggi di tim DKI Jakarta dengan membuat 19 poin, delapan rebound, dua assist dan satu steal. DKI Jakarta pun menang 69-53 dan berhak atas medali perunggu.
Setelah pertandingan, center/forward yang baru berusia 19 tahun itu mengaku bahwa dia berlaga dengan kondisi hidung yang patah.
Itulah yang membuat pelindung hitam menempel di bagian mukanya.
"Sebenarnya ini harus dioperasi. Namun, nanti di Jakarta. Waktu bertanding sakit, tentu saja," ujar Jesslyn.
Meski menahan ngilu dan nyeri sepanjang pertandingan, atlet yang mengikuti program NBA, Basketball Without Borders (BWB) Asia 2019 itu tidak kehilangan fokus dan motivasi.
Sebelum laga kontra Sulawesi Selatan, Jesslyn memastikan kepada sang pelatih, Andrew Tambunan bahwa dia siap bermain habis-habisan demi medali perunggu.
Jesslyn merasa dia tak pantas beristirahat sementara rekan-rekannya yang lain berjibaku di arena. Belum lagi pikirannya terbang ke salah satu teman setimnya yang sedang diisolasi di RSUD Kabupaten Mimika karena positif COVID-19.
Mereka semua sudah berjuang dari awal dan mesti mengakhirinya dengan baik bersama-sama. Dengan semangat itu, Jesslyn meredam sakitnya.
"Ketika masuk ke lapangan, saya tak mau memikirkan lelah, sakit. Saya fokus ke pertandingan," kata Jesslyn.
Pelatih tim bola basket putri DKI Jakarta, Andrew Tambunan, mengetahui betul bagaimana Jesslyn berjibaku melawan rasa sakit.
Patah hidung tersebut diderita Jesslyn saat DKI Jakarta bersua Jawa Timur di babak semifinal pada Kamis (7/10).
Kala itu, Jesslyn masih bisa melanjutkan pertandingan meski dengan hidung yang dibebat sementara ala kadarnya.
Andrew Tambunan berkisah, melihat keteguhan Jesslyn, dirinya memberikan motivasi kepada anak didiknya itu menjelang laga melawan Sulawesi Selatan.
Dia menuturkan kepada Jesslyn, "rasa sakit itu sementara, tetapi prestasi akan diingat seumur hidup".
"Dan, anda bisa melihat bagaimana dia bermain melawan Sulawesi Selatan. Dia menjadi mesin skor kami meski keadaannya seperti ini," tutur Andrew.
Berbakat
Jesslyn bisa dianggap sebagai salah satu pemain yang paling berbakat di cabang olahraga bola basket putri PON Papua.
Baru berusia 19 tahun, dia selalu menjadi andalan kapan pun DKI Jakarta berlaga.
Pada empat pertandingan PON Papua, yaitu dua di penyisihan grup, satu semifinal dan terakhir perebutan medali perunggu, Jesslyn tampil apik.
Selama itu, dia membuat rata-rata 15,25 poin, 7,25 rebound, satu assist dan 2,5 kali steal per-laga.
Jesslyn bermain selama total 121 menit sepanjang PON Papua dan hanya melakukan tiga kali "turnover" (kekeliruan).
Catatan itu menjadi pelengkap jalan karier Jesslyn di dunia bola basket Indonesia.
Jesslyn mengenal bola basket sejak usia 11 tahun. Melihat potensi anaknya, orang tua Jesslyn pun memasukkannya ke klub agar berlatih lebih serius.
Sekitar lima tahun kemudian, Jesslyn terpilih memperkuat tim nasional U-18 putri Indonesia untuk berkompetisi di Piala Asia U-18 Putri FIBA 2018 di India.
Kemudian, pada 2019, Jesslyn menjadi salah satu dari tiga pebola basket belia Indonesia yang diundang oleh NBA untuk berpartisipasi di program Basketball Without Borders (BWB) Asia pada Agustus 2019 di Jepang.
Berlanjut lagi, performa bagus Jesslyn membawanya masuk ke DBL Indonesia Allstar 2019. Semua pencapaian itu mengarahkannya ke tim bola basket putri DKI Jakarta untuk PON Papua.
Di PON Papua, DKI Jakarta sejatinya ditargetkan setidak-tidaknya masuk final demi menyamai prestasi PON 2016 di mana mereka mendapatkan medali perak.
Akan tetapi, kenyataan tak seindah harapan. Tim putri DKI Jakarta terganggu hal-hal nonteknis yang membuat konsentrasi para pemainnya buyar pada laga pertama penyisihan grup, Pool Y.
Kabar soal COVID-19 diketahui sehari sebelum DKI Jakarta menghadapi Sulawesi Selatan pada laga Pool Y, Kamis (30/9).
Kondisi itu sempat menyebarkan keresahan di skuad DKI Jakarta. Apalagi, rekan sekamar pemain yang sakit kemudian dinyatakan tak bisa berlaga saat melawan Sulawesi Selatan untuk diperiksa apakah dia tertular atau tidak.
"Anak-anak jadi 'shock'. Namun, temannya sekamar itu sudah negatif COVID-19 setelah melakukan dua kali pemeriksaan PCR. Meski begitu, pemain tetap takut lantaran mengira kondisi tersebut membuat mereka akan didiskualifikasi," tutur Andrew Tambunan.
Faktor itulah yang memengaruhi penampilan DKI Jakarta saat bersua Sulsel, Kamis (30/9), sehingga mereka kalah 56-66.
Dalam prosesnya, DKI Jakarta bangkit dan berhasil meraih medali perunggu PON Papua. Jesslyn dan tim rekan-rekannya pun mempersembahkan medali itu kepada temannya yang dikarantina.
"Situasi yang terjadi kepada kami mengganggu psikologis. Akan tetapi, yang penting kami bisa bangkit dan membawa pulang medali untuk teman kami yang sakit, keluarga dan tentunya warga DKI Jakarta," kata Jesslyn.
Selepas PON Papua, Jesslyn berharap kompetisi bola basket putri nasional dapat bergulir kembali. Sebab, jika ada kesempatan, dia ingin bermain di liga bersama klub profesional.
Jesslyn, yang mengidolakan Natasha Debby (eks pemain klub Surabaya Fever, Sahabat Semarang dan tim nasional Indonesia), mau merasakan ketatnya persaingan bola basket nasional.
"Euforianya bakal berbeda dan itu bisa membentuk mental ke depan. Liga juga salah satu jalan masuk ke timnas. Saya mau mewakili Indonesia misalnya di SEA Games dan Asian Games," tutur dia.
Jesslyn Angelique Aritonang membuktikan, demi sampai ke satu tujuan, rasa sakit memang harus dilawan dan dinikmati sebagai bagian dari perjuangan.
Terlepas dari tujuan itu mampu dicapai atau tidak, setidak-tidaknya sudah mencoba.
Wajah Jesslyn tertutup dengan semacam topeng berwarna hitam yang melingkupi kening dan hidungnya.
Penampilan itu membuatnya sangat mencolok di lapangan Mimika Sport Complex, Mimika, semencolok performanya yang gemilang pada laga tersebut.
Jesslyn menjadi penyumbang poin tertinggi di tim DKI Jakarta dengan membuat 19 poin, delapan rebound, dua assist dan satu steal. DKI Jakarta pun menang 69-53 dan berhak atas medali perunggu.
Setelah pertandingan, center/forward yang baru berusia 19 tahun itu mengaku bahwa dia berlaga dengan kondisi hidung yang patah.
Itulah yang membuat pelindung hitam menempel di bagian mukanya.
"Sebenarnya ini harus dioperasi. Namun, nanti di Jakarta. Waktu bertanding sakit, tentu saja," ujar Jesslyn.
Meski menahan ngilu dan nyeri sepanjang pertandingan, atlet yang mengikuti program NBA, Basketball Without Borders (BWB) Asia 2019 itu tidak kehilangan fokus dan motivasi.
Sebelum laga kontra Sulawesi Selatan, Jesslyn memastikan kepada sang pelatih, Andrew Tambunan bahwa dia siap bermain habis-habisan demi medali perunggu.
Jesslyn merasa dia tak pantas beristirahat sementara rekan-rekannya yang lain berjibaku di arena. Belum lagi pikirannya terbang ke salah satu teman setimnya yang sedang diisolasi di RSUD Kabupaten Mimika karena positif COVID-19.
Mereka semua sudah berjuang dari awal dan mesti mengakhirinya dengan baik bersama-sama. Dengan semangat itu, Jesslyn meredam sakitnya.
"Ketika masuk ke lapangan, saya tak mau memikirkan lelah, sakit. Saya fokus ke pertandingan," kata Jesslyn.
Pelatih tim bola basket putri DKI Jakarta, Andrew Tambunan, mengetahui betul bagaimana Jesslyn berjibaku melawan rasa sakit.
Patah hidung tersebut diderita Jesslyn saat DKI Jakarta bersua Jawa Timur di babak semifinal pada Kamis (7/10).
Kala itu, Jesslyn masih bisa melanjutkan pertandingan meski dengan hidung yang dibebat sementara ala kadarnya.
Andrew Tambunan berkisah, melihat keteguhan Jesslyn, dirinya memberikan motivasi kepada anak didiknya itu menjelang laga melawan Sulawesi Selatan.
Dia menuturkan kepada Jesslyn, "rasa sakit itu sementara, tetapi prestasi akan diingat seumur hidup".
"Dan, anda bisa melihat bagaimana dia bermain melawan Sulawesi Selatan. Dia menjadi mesin skor kami meski keadaannya seperti ini," tutur Andrew.
Berbakat
Jesslyn bisa dianggap sebagai salah satu pemain yang paling berbakat di cabang olahraga bola basket putri PON Papua.
Baru berusia 19 tahun, dia selalu menjadi andalan kapan pun DKI Jakarta berlaga.
Pada empat pertandingan PON Papua, yaitu dua di penyisihan grup, satu semifinal dan terakhir perebutan medali perunggu, Jesslyn tampil apik.
Selama itu, dia membuat rata-rata 15,25 poin, 7,25 rebound, satu assist dan 2,5 kali steal per-laga.
Jesslyn bermain selama total 121 menit sepanjang PON Papua dan hanya melakukan tiga kali "turnover" (kekeliruan).
Catatan itu menjadi pelengkap jalan karier Jesslyn di dunia bola basket Indonesia.
Jesslyn mengenal bola basket sejak usia 11 tahun. Melihat potensi anaknya, orang tua Jesslyn pun memasukkannya ke klub agar berlatih lebih serius.
Sekitar lima tahun kemudian, Jesslyn terpilih memperkuat tim nasional U-18 putri Indonesia untuk berkompetisi di Piala Asia U-18 Putri FIBA 2018 di India.
Kemudian, pada 2019, Jesslyn menjadi salah satu dari tiga pebola basket belia Indonesia yang diundang oleh NBA untuk berpartisipasi di program Basketball Without Borders (BWB) Asia pada Agustus 2019 di Jepang.
Berlanjut lagi, performa bagus Jesslyn membawanya masuk ke DBL Indonesia Allstar 2019. Semua pencapaian itu mengarahkannya ke tim bola basket putri DKI Jakarta untuk PON Papua.
Di PON Papua, DKI Jakarta sejatinya ditargetkan setidak-tidaknya masuk final demi menyamai prestasi PON 2016 di mana mereka mendapatkan medali perak.
Akan tetapi, kenyataan tak seindah harapan. Tim putri DKI Jakarta terganggu hal-hal nonteknis yang membuat konsentrasi para pemainnya buyar pada laga pertama penyisihan grup, Pool Y.
Kabar soal COVID-19 diketahui sehari sebelum DKI Jakarta menghadapi Sulawesi Selatan pada laga Pool Y, Kamis (30/9).
Kondisi itu sempat menyebarkan keresahan di skuad DKI Jakarta. Apalagi, rekan sekamar pemain yang sakit kemudian dinyatakan tak bisa berlaga saat melawan Sulawesi Selatan untuk diperiksa apakah dia tertular atau tidak.
"Anak-anak jadi 'shock'. Namun, temannya sekamar itu sudah negatif COVID-19 setelah melakukan dua kali pemeriksaan PCR. Meski begitu, pemain tetap takut lantaran mengira kondisi tersebut membuat mereka akan didiskualifikasi," tutur Andrew Tambunan.
Faktor itulah yang memengaruhi penampilan DKI Jakarta saat bersua Sulsel, Kamis (30/9), sehingga mereka kalah 56-66.
Dalam prosesnya, DKI Jakarta bangkit dan berhasil meraih medali perunggu PON Papua. Jesslyn dan tim rekan-rekannya pun mempersembahkan medali itu kepada temannya yang dikarantina.
"Situasi yang terjadi kepada kami mengganggu psikologis. Akan tetapi, yang penting kami bisa bangkit dan membawa pulang medali untuk teman kami yang sakit, keluarga dan tentunya warga DKI Jakarta," kata Jesslyn.
Selepas PON Papua, Jesslyn berharap kompetisi bola basket putri nasional dapat bergulir kembali. Sebab, jika ada kesempatan, dia ingin bermain di liga bersama klub profesional.
Jesslyn, yang mengidolakan Natasha Debby (eks pemain klub Surabaya Fever, Sahabat Semarang dan tim nasional Indonesia), mau merasakan ketatnya persaingan bola basket nasional.
"Euforianya bakal berbeda dan itu bisa membentuk mental ke depan. Liga juga salah satu jalan masuk ke timnas. Saya mau mewakili Indonesia misalnya di SEA Games dan Asian Games," tutur dia.
Jesslyn Angelique Aritonang membuktikan, demi sampai ke satu tujuan, rasa sakit memang harus dilawan dan dinikmati sebagai bagian dari perjuangan.
Terlepas dari tujuan itu mampu dicapai atau tidak, setidak-tidaknya sudah mencoba.