Makassar (ANTARA) - Kabid Energi Sumber Daya Mineral dan Kelistrikan (EBTK), Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulawesi Selatan, Amrani S Suhaeb mengatakan, bauran energi Sulsel sudah di atas 30 persen karena sejak awal porsinya sudah besar, sehingga melebihi bauran energi secara nasional yang baru sekitar 25 persen.
"Bauran energi di daerah ini sejak awal sudah lebih tinggi didukung sumber daya air, ada PLTA Bakaru dan Larona yang mampu mengalahkan PLTD Tello," kata Amrani di Makassar, Rabu.
Dia mengatakan, amanah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) nasional dan juga Indonesia sebagai bagian dari komunitas dunia, maka dituntut menggunakan energi yang sustainable (berkesinambungan) dan ramah lingkungan yang diistilah energi hijau.
Hanya daja diakui, dalam bentuk angka atau kuantitas agak sulit membedakan realisasi keuangan dalam dua tahun terakhir untuk pembangunan fisik, karena adanya recofusing anggaran untuk mendukung penanganan COVID-19.
Namun yang jelas, lanjut dia, dukungan kualitatif terus diupayakan untuk mendorong penggunaan energi yang ramah lingkungan dan secara bertahap meninggalkan penggunaan energi yang bersumber dari fosil.
"Dalam dua tahun terakhir, hampir semua dinas anggarannya hanya untuk operasional saja, tidak ada pembangunan infrastruktur," katanya.
Amrani mengatakan, pembangunan infrastruktur EBT hampir tidak ada dalam dua tahun terakhir. Kendati demikian bauran energi Sulsel sudah diatas 30 persen, sementara nasional baru sekitar 25 persen.
Saat ini, lanjut dia, bukan sekedar mencapai angka bauran energi yang tinggi, tetapi upaya mengadvokasi masyarakat untuk menggunakan EBT ini menjadi bagian penting yang harus dilakukan. Termasuk membangun komitmen pemerintah untuk mendukung pemanfaatan EBT ini.
Apalagi disadari sumber daya EBT di Sulsel sangat berlimpah, baik dari energi matahari, angin, air, panas bumi dan biogas.
Sebagai gambaran, untuk energi bersumber dari air, terdapat potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sulsel berdasarkan data ESDM Sulsel cukup besar dan mampu menghasilkan daya listrik hingga 2.946,8 Megawatt (MW).
Kabid Energi Sumber Daya Mineral dan Kelistrikan (EBTK), Dinas Energi Sumber Daya Mineral Sulawesi Selatan, Amrani S Suhaeb. ANTARA / Suriani Mappong
"Bauran energi di daerah ini sejak awal sudah lebih tinggi didukung sumber daya air, ada PLTA Bakaru dan Larona yang mampu mengalahkan PLTD Tello," kata Amrani di Makassar, Rabu.
Dia mengatakan, amanah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) nasional dan juga Indonesia sebagai bagian dari komunitas dunia, maka dituntut menggunakan energi yang sustainable (berkesinambungan) dan ramah lingkungan yang diistilah energi hijau.
Hanya daja diakui, dalam bentuk angka atau kuantitas agak sulit membedakan realisasi keuangan dalam dua tahun terakhir untuk pembangunan fisik, karena adanya recofusing anggaran untuk mendukung penanganan COVID-19.
Namun yang jelas, lanjut dia, dukungan kualitatif terus diupayakan untuk mendorong penggunaan energi yang ramah lingkungan dan secara bertahap meninggalkan penggunaan energi yang bersumber dari fosil.
"Dalam dua tahun terakhir, hampir semua dinas anggarannya hanya untuk operasional saja, tidak ada pembangunan infrastruktur," katanya.
Amrani mengatakan, pembangunan infrastruktur EBT hampir tidak ada dalam dua tahun terakhir. Kendati demikian bauran energi Sulsel sudah diatas 30 persen, sementara nasional baru sekitar 25 persen.
Saat ini, lanjut dia, bukan sekedar mencapai angka bauran energi yang tinggi, tetapi upaya mengadvokasi masyarakat untuk menggunakan EBT ini menjadi bagian penting yang harus dilakukan. Termasuk membangun komitmen pemerintah untuk mendukung pemanfaatan EBT ini.
Apalagi disadari sumber daya EBT di Sulsel sangat berlimpah, baik dari energi matahari, angin, air, panas bumi dan biogas.
Sebagai gambaran, untuk energi bersumber dari air, terdapat potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sulsel berdasarkan data ESDM Sulsel cukup besar dan mampu menghasilkan daya listrik hingga 2.946,8 Megawatt (MW).