Kupang (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berencana mempersiapkan lapangan terbang Surabaya II di Mbay, Ibu kota Kabupaten Nagekeo untuk menjadi bandara utama untuk seluruh wilayah Flores.

"Kita akan menyiapkan pelabuhan udara Surabaya II ini menjadi bandara utama untuk wilayah Flores. Jadi masyarakat dari Larantuka, Flores Timur, Sikka, Ende, Nagekeo, Ngada, Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat bisa memanfaatkan bandara itu untuk bepergian ke Pulau Jawa, tanpa harus melalui Kupang," kata Kepala Bidang Perhubungan Udara Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Donatus Mete di Kupang, Rabu.

Ini target jangka panjang dari rencana pembangunan lapangan terbang Surabaya II di Mbay saat ini dengan panjang landasan pacu 2.500 meter, katanya, terkait manfaat dari pembangunan Lapter Surabaya II karena hampir semua kabupaten di Pulau Flores memiliki bandara.

Menurut dia, pembangunan Lapter Surabaya II jangan hanya dilihat manfaatnya hari ini atau besok, tetapi untuk lima sampai sepuluh tahun ke depan.

"Memang banyak pertanyaan ketika kami melakukan sosialisasi, tetapi setelah dijelaskan, masyarakat juga mulai memahami bahwa, pembangunan lapangan terbang ini menjadi hal yang sangat penting," ucap Dita Mete.

Dia mengatakan, Lapter Surabaya II itu dibangun pemerintahan fasis militer Jepang pada masa Perang Dunia II, tidak hanya untuk kepentingan militer Jepang, guna memudahkan kontrol terhadap wilayah timur Indonesia dalam konteks perang Pasifik, tetapi juga untuk kepentingan ekonomi.

Hal ini karena Mbay, ibu kota Kabupaten Nagekeo termasuk salah satu daerah strategis di Pulau Flores. Daerah ini terletak di bagian utara Flores, sangat memungkinkan terbukanya akses yang lebih besar ke Surabaya, Makassar dan kawasan timur lainnya di Indonesia.

Bahkan wilayah utara sepanjang Flores memang sangat strategis, terbentang dari Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat di ujung barat Flores hingga Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka.

Dari segi sarana transportasi laut, juga memungkinkan Mbay menjadi salah satu pusat perdagangan di masa depan. Labuan Bajo, di Manggarai Barat, Reo di Kabupaten Manggarai, Marapokot di Mbay Kabupaten Nagekeo dan Loren Say Maumere adalah titik-titik singgah yang aman bagi kapal-kapal berukuran besar di pantai utara Flores.

"Bagaimanapun, Kota Surabaya tetap menjadi pintu masuk strategis ke pulau Jawa. Apalagi Surabaya masih menjadi salah satu pusat industri dan perdagangan di ujung timur pulau Jawa," papar Dita Mete.

Sebagai daerah industri, Surabaya akan tetap membutuhkan bahan baku dari wilayah Timur Indonesia. Jumlah penduduk yang makin bertambah dan gerak pembangunan yang mulai menggeliat di bagian Timur Indonesia akan menjadi pasar potensial di masa depan.

Demikian pula dalam relasinya dengan Makassar, Sulawesi Selatan, menuju wilayah Timur lainnya di Indonesia, Mbay tetap diuntungkan.

"Sekarang mungkin belum terasa karena Jawa masih menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan industri di Indonesia, dan konsentrasi penduduk terbesar yang dari segi pasar menjadi konsumen potensial," tuturnya.

Tetapi kejenuhan dan menipisnya sumber daya alam di Pulau Jawa memungkinkan berpindahnya pusat industri ke luar Jawa. Inilah yang mendorong pemerintah Provinsi NTT untuk memberi perhatian pada Bandara Surabaya II di Mbay, tukas Dete Mete.

Dia berharap, dari delapan maskapai penerbangan yang melayani NTT saat ini, dalam tiga atau empat tahun mendatang sudah ada maskapai yang melayani daerah itu dengan menggunakan pesawat jenis Boeing.

Dengan demikian, masyarakat di Pulau Flores bisa terbang langsung dari Mbay ke Bali, Surabaya dan Jakarta dan kota-kota lain di Pulau Jawa, tanpa harus melalui Kupang dengan biaya yang lebih mahal, demikian Dita Mete.
(T.B017/C004) 



Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024