Makassar (ANTARA) - Aksi demo yang digelar mahasiswa di Kota Makassar Sulawesi Selatan terkait polemik Pemilu 2024 diwarnai bentrokan dengan aparat keamanan yang mencuat Senin petang menjelang batas waktu yang diberikan kepolisian kepada masa aksi.

Aparat terpaksa membubarkan massa aksi dengan menembakkan gas air mata saat pendemo mulai anarkis dengan melemparkan batu ke arah polisi. 

Kejadian itu bermula saat mahasiswa dari berbagai elemen berusaha masuk ke kantor DPRD Sulsel usai aspirasi mereka diterima pimpinan dewan Syaharuddin Alrif didampingi Muzayying serta jajaran sekretariat dewan setempat. 

Beberapa oknum mahasiswa merasa tidak puas setelah aspirasi mereka diterima, langsung beraksi menggoyang-goyangkan serta melempari kantor dewan. 

Namun sayang pagar setinggi enam meter tidak mampu ditembus, pendemo lalu membakar ban bekas. Polisi berusaha menenangkan mahasiswa dengan pengeras suara namun tidak digubris. 
  Seorang aparat kepolisian berusaha menenangkan pendemo saat aksi penolakan penundaan Pemilu tahun 2024 di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (11/4/2022). ANTARA/Darwin Fatir.

Hingga akhirnya, aparat mengambil langkah tegas memukul mundur para pendemo dengan gas air mata dan membentuk brigade pertahanan guna membubarkan kerumunan massa dari arah jembatan layang Jalan Pettarani-Urip Sumoharjo, walaupun pendemo terus membalasnya dengan lemparan batu. 

Bahkan menjelang waktu masuk berbuka puasa petugas berkali-kali mengingatkan agar segera bubar tapi tetap tidak dipedulikan pendemo dan tetap melempar batu ke arah polisi di Jalan Andi Pangeran Pettarani, tapi polisi terus mendesak agar mereka membubarkan diri. 

Arus jalan di pertigaan jembatan layang menghubungkan Jalan Andi Pangeran Pettarani-Urip Sumoharjo sebelumnya menjadi pusat aksi dipadati pendemo menjadi tegang, setelah dibubarkan aparat. 

Hingga berita ini diturunkan, polisi masih sibuk membubarkan kerumunan massa agar tidak terjadi tindakan anarkis. Belum diketahui berapa orang mahasiswa ditangkap aparat dalam aksi tersebut. 

Pewarta : M Darwin Fatir
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2025