Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) meminta penerima beasiswa Badan Pengelola Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) kembali ke daerah masing-masing untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit di wilayahnya sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat.
Direktur Perlindungan Perkebunan Ditjen Perkebunan Kementan Baginda Siagian menyatakan, Program pengembangan SDM yang didanai BPDPKS yaitu pemberian bea siswa program D1, D3, D4 pasti berdampak secara langsung atau tidak langsung pada pembangunan kelapa sawit nasional, sedang bagi pekebun dan keluarganya pasti ada dampak langsung.
"Harapan kita lulusan program beasiswa ini kembali ke wilayah dia, ke kampungnya untuk membangun kampung, melakukan diseminasi apa yang sudah diperoleh selama kuliah kepada masyarakat di sekitarnya," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Sebagaimana mahasiswa Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY), tambahnya, 80 persen dari mahasiswa program D1 sudah dipesan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit sebelum mereka lulus.
Namun demikian, pihaknya sebagai penanggung jawab bidang ini mengharapkan mereka kembali dulu ke wilayah masing-masing selama 2 tahun mengabdikan diri membangun perkebunan kelapa sawit rakyat di daerahnya. Setelah itu mereka bisa bekerja di perusahaan nasional ataupun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Baginda menyatakan, sejak 2017 sampai Februari 2022 total mahasiswa penerima bea siswa 3.625 orang, sedang total lulusan penerima beasiswa 1.750 orang. Sebarannya di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIPAP) yang sekarang menjadi Institut Teknologi Sawit Indonesia Medan 180 mahasiswa; Politeknik Kampar Riau 245 mahasiswa.
Kemudian Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi Bekasi 780 mahasiswa, Institut Teknologi Sains Bandung Bekasi 50 mahasiswa, AKPY 1.400 mahasiswa, Politeknik Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta 610 mahasiswa.
Panda 2021 rekomtek yang dikeluarkan Ditjenbun untuk beasiswa ini 660 orang yaitu program D1, D3, D4 di 6 perguruan tinggi. Sedang tahun 2022 ditargetkan mencapai 1.000 orang. Programnya juga ditambah yaitu D2 dan S1.
"Pada 2022 target penerima beasiswa 1.000 orang. Sosialisasi akan dimulai pada Mei bersamaan dengan kelulusan SMA sehingga diharapkan lebih banyak calon mahasiswa yang terjaring," ujarnya dalam Webinar Dampak Positif Program PSR, Sarpras dan Pengembangan SDM Bagi Petani Sawit seri 3 dengan topik "Pendanaan BPDPKS untuk Pengembangan SDM Sawit".
Fokus pengembangan SDM selain pendidikan juga pelatihan yang sudah diadakan di 21 provinsi dengan total kelas pelatihan 229 dan SDM yang dilatih 9.679 orang. Pada 2021 rekomtek pelatihan 2.507 orang dengan rincian 498 orang telah dilatih PT LPP Agro Nusantara sedang 2.507 orang lagi direncanakan pada 2022.
Lembaga pelatihan selain LPP adalah PPMKP Ciawi, Balai Pelatihan Pertanian Jambi, AKPY, PT Sumberdaya Indonesia Berjaya dan PT Best Planter Indonesia. Tahun 2022 target pelatihan 5.100 orang.
"Jumlah penerima beasiswa dan pelatihan masih terlalu sedikit dibanding luas kebun kelapa sawit yang mencapai 16 juta ha dan kebun kelapa sawit rakyat yang mencapai 6,9 juta Ha. Masih banyak pekerjaan rumah yang besar dalam pengembangan SDM. Pendidikan dan Pelatihan SDM merupakan investasi supaya kelapa sawit kita semakin lebih kuat,” kata Baginda.
Direktur Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (Poltek CWE) St Nugroho Kristono, menyatakan supaya penerima beasiswa BPDPKS kembali ke daerah asalnya, membangun kelapa sawit di wilayahnya perlu mekanisme lain untuk memberi gaji mereka. BPDPKS dan Ditjenbun perlu mengalokasikan dana buat gaji mereka jika mereka berkiprah di Koperasi.
Nugroho menyarankan agar tidak hanya pekebun dan keluarga pekebun yang diberi kesempatan, juga pekerja dan keluarga pekerja perusahaan perkebunan kelapa sawit baik yang bekerja di kebun, pabrik dan kantor bisa mendapat peluang yang sama.
Diah Ayu Damayanti, mahasiswa penerima beasiswa BPDPKS dari program studi Teknik Informatika Politeknik Kampar menyatakan banyak sekali keuntungan yang didapatkan sebagai penerima beas siswa. Sebagai penerima beasiswa sawit maka ilmu TI yang dipelajari juga digunakan untuk kelapa sawit.
Direktur Perlindungan Perkebunan Ditjen Perkebunan Kementan Baginda Siagian menyatakan, Program pengembangan SDM yang didanai BPDPKS yaitu pemberian bea siswa program D1, D3, D4 pasti berdampak secara langsung atau tidak langsung pada pembangunan kelapa sawit nasional, sedang bagi pekebun dan keluarganya pasti ada dampak langsung.
"Harapan kita lulusan program beasiswa ini kembali ke wilayah dia, ke kampungnya untuk membangun kampung, melakukan diseminasi apa yang sudah diperoleh selama kuliah kepada masyarakat di sekitarnya," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Sebagaimana mahasiswa Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY), tambahnya, 80 persen dari mahasiswa program D1 sudah dipesan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit sebelum mereka lulus.
Namun demikian, pihaknya sebagai penanggung jawab bidang ini mengharapkan mereka kembali dulu ke wilayah masing-masing selama 2 tahun mengabdikan diri membangun perkebunan kelapa sawit rakyat di daerahnya. Setelah itu mereka bisa bekerja di perusahaan nasional ataupun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Baginda menyatakan, sejak 2017 sampai Februari 2022 total mahasiswa penerima bea siswa 3.625 orang, sedang total lulusan penerima beasiswa 1.750 orang. Sebarannya di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIPAP) yang sekarang menjadi Institut Teknologi Sawit Indonesia Medan 180 mahasiswa; Politeknik Kampar Riau 245 mahasiswa.
Kemudian Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi Bekasi 780 mahasiswa, Institut Teknologi Sains Bandung Bekasi 50 mahasiswa, AKPY 1.400 mahasiswa, Politeknik Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta 610 mahasiswa.
Panda 2021 rekomtek yang dikeluarkan Ditjenbun untuk beasiswa ini 660 orang yaitu program D1, D3, D4 di 6 perguruan tinggi. Sedang tahun 2022 ditargetkan mencapai 1.000 orang. Programnya juga ditambah yaitu D2 dan S1.
"Pada 2022 target penerima beasiswa 1.000 orang. Sosialisasi akan dimulai pada Mei bersamaan dengan kelulusan SMA sehingga diharapkan lebih banyak calon mahasiswa yang terjaring," ujarnya dalam Webinar Dampak Positif Program PSR, Sarpras dan Pengembangan SDM Bagi Petani Sawit seri 3 dengan topik "Pendanaan BPDPKS untuk Pengembangan SDM Sawit".
Fokus pengembangan SDM selain pendidikan juga pelatihan yang sudah diadakan di 21 provinsi dengan total kelas pelatihan 229 dan SDM yang dilatih 9.679 orang. Pada 2021 rekomtek pelatihan 2.507 orang dengan rincian 498 orang telah dilatih PT LPP Agro Nusantara sedang 2.507 orang lagi direncanakan pada 2022.
Lembaga pelatihan selain LPP adalah PPMKP Ciawi, Balai Pelatihan Pertanian Jambi, AKPY, PT Sumberdaya Indonesia Berjaya dan PT Best Planter Indonesia. Tahun 2022 target pelatihan 5.100 orang.
"Jumlah penerima beasiswa dan pelatihan masih terlalu sedikit dibanding luas kebun kelapa sawit yang mencapai 16 juta ha dan kebun kelapa sawit rakyat yang mencapai 6,9 juta Ha. Masih banyak pekerjaan rumah yang besar dalam pengembangan SDM. Pendidikan dan Pelatihan SDM merupakan investasi supaya kelapa sawit kita semakin lebih kuat,” kata Baginda.
Direktur Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (Poltek CWE) St Nugroho Kristono, menyatakan supaya penerima beasiswa BPDPKS kembali ke daerah asalnya, membangun kelapa sawit di wilayahnya perlu mekanisme lain untuk memberi gaji mereka. BPDPKS dan Ditjenbun perlu mengalokasikan dana buat gaji mereka jika mereka berkiprah di Koperasi.
Nugroho menyarankan agar tidak hanya pekebun dan keluarga pekebun yang diberi kesempatan, juga pekerja dan keluarga pekerja perusahaan perkebunan kelapa sawit baik yang bekerja di kebun, pabrik dan kantor bisa mendapat peluang yang sama.
Diah Ayu Damayanti, mahasiswa penerima beasiswa BPDPKS dari program studi Teknik Informatika Politeknik Kampar menyatakan banyak sekali keuntungan yang didapatkan sebagai penerima beas siswa. Sebagai penerima beasiswa sawit maka ilmu TI yang dipelajari juga digunakan untuk kelapa sawit.