Makassar (ANTARA) - Tim Penggerak PKK Makassar bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Sulawesi Selatan mendukung Program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) dengan membantu pemerintah menyosialisasikan program tersebut guna mencapai target imunisasi anak usia 9-12 bulan.

"Program BIAN ini merupakan kegiatan pemberian imunisasi tambahan campak rubella bagi anak usia sembilan bulan hingga 12 tahun tanpa memandang status imunisasi sebelumnya," kata Ketua TP PKK Kota Makassar Indira Jusuf Ismail di Makassar, Minggu.

Dia menjelaskan TP PKK Makassar mengambil peran untuk menyukseskan program yang sudah digencarkan pekan lalu di Kota Makassar.

Pihaknya bersinergi dengan lembaga terkait di antaranya Dinas Kesehatan Makassar, Dinas Pendidikan Makassar, ketua yayasan, dan kepala sekolah, para mitra pembangunan (WHO dan UNICEF), serta para guru hingga tenaga medis memberikan imunisasi campak bagi anak didik.

Pemberian imunisasi campak melalui program ini, diharapkan dapat mempertahankan Indonesia bebas polio demi mewujudkan eradikasi polio global pada 2026.

Indira mengajak semua pihak dapat membantu menyukseskan Program BIAN demi perwujudan Indonesia bebas polio.

"Sehingga ke depan kita bisa mengendalikan penyakit difteri dan pertussis dengan melengkapi status imunisasi anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi akibat dampak pandemi COVID-19 dua tahun terakhir,” ujarnya.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Makassar, sasaran pelaksanaan BIAN sebanyak 305.211 anak, sedangkan saat ini telah terealisasi 78.135 anak diimunisasi atau sekitar 25,60 persen.

Berkaitan dengan hal tersebut, Indira berharap, sinergitas semua pihak untuk senantiasa mengedukasi dan melaksanakan program tersebut dalam kurun waktu 18 Mei hingga 30 Juni 2022, sehingga target 95 persen imunisasi anak dapat tercapai.

Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel Andi Ritamarini mengatakan Program BIAN tidak terlepas dari kegiatan dan agenda BKKBN dalam upaya menurunkan kasus stunting di Indonesia.

"Sinergitas dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya imunisasi anak dan juga memakan makan bergizi yang sehat dan seimbang, tidak dapat dipisahkan dari upaya menekan kasus stunting di lapangan," katanya.

Dia mengatakan target angka prevalensi stunting pada 2024 adalah 14 persen sedangkan kondisi di sejumlah daerah masih beragam, termasuk di Sulsel yang masih di atas 20 persen.

Berdasarkan data Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), angka stunting Sulsel saat ini 27,4 persen. Namun jika merunut data Elektronik Pencatatan data Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM) statusnya di angka 9,08 tahun 2022.
  Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel Andi Ritamriani. ANTARA/ HO-BKKBN Sulsel

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024