Bantaeng, Sulsel (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menginginkan agar Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, menjadi salah satu produsen kedelai guna menopang kebutuhan konsumsi nasional yang mencapai 2,5 juta ton pertahun.

"Produksi nasional saat ini hanya 700 ribu ton, akibatnya kita impor 1,8 juta ton kedelai pertahunnya, makanya saya ingin kedelai ini dipelajari untuk ditanam di wilayah yang iklimnya cocok seperti Kabupaten Bantaeng ini," kata Gita usai acara peresmian Pasar Lambocca Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Senin.

Menurut Gita, konsumsi kedelai dan produk turunannya seperti tempe, tahu, dan kecap hanya akan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, sehingga dikhawatirkan Indonesia akan terus menerus mengimpor kedelai dengan harga yang tidak menentu.

"Selama ini kita impor dari Amerika Serikat, Brazil, Argentina dengan harga yang tidak stabil, bagaimana kalau tanah Bantaeng dan wilayah lain di Sulawesi Selatan juga ditanami kedelai," kata Gita di hadapan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arfin Nu'mang dan Bupati Bantaeng M Nurdin Abdullah.

Sebagai langkah awal untuk menciptakan pasar yang nyaman bagi petani kedelai, Gita mengatakan pemerintah dalam waktu dekat akan menerbitkan aturan tentang harga pokok pemerintah (HPP) untuk kedelai, sehingga petani mendapat jaminan akan mendapat keuntungan dari menanam kedelai.

Gita mengatakan Kabupaten Bantaeng dan wilayah lainnya bisa belajar dari kesuksesan Kabupaten Jember dalam hal peningkatan produktifitas kedelai serta idamame untuk diekspor.

"Tidak harus selalu alih teknologi dari luar negeri, coba saja ditiru bagaimana di Jember produktifitas 3,5 ton per hektare yang lebih tinggi dibanding rata-rata nasional 1,1 ton per hektare," katanya.

Sebelumnya, Mendag sempat prihatin dengan ketahanan dan kedaulatan pangan Indonesia yang masih rendah, karena kedelai yang produk turunannya tahu dan tempe merupakan makanan konsumsi sehari-hari rakyat Indonesia.

Rendahnya produksi kedelai nasional menyebabkan harga komoditas tersebut melambung tinggi, serta menyebabkan "hilang"nya tahu dan tempe dari sejumlah pasar tradisional pada Agustus-September lalu.

Kabupaten Bantaeng yang terletak 120 kilometer di selatan Makassar memiliki luas 395,83 kilometer, yang 80 persen wilayahnya merupakan lahan kering yang cocok untuk bercocok tanam.

Namun, karena harga kedelai yang fluktuatif, para petani setempat lebih memilih jagung sebagai tanaman sela di sawah mereka daripada menanam kedelai. (T.P012/M008)





Pewarta :
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024