Majene, Sulbar (ANTARA News) - Pejabat pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, mengatakan pengairan persawahan menggunakan sistem pompanisasi tidak efektif bagi petani sebab biaya operasional yang dibutuhkan sangat besar.

"Pada dasarnya, petani bisa saja tetap melakukan penanaman padi dua kali dalam satu tahun pada lahan tadah hujan dengan sistem pompanisasi, namun biaya yang dibutuhkan cukup besar dan sebagian besar petani di Majene hadapi masalah pembiayaan," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan, Distanak Majene, Akhsan di Majene, Kamis.

Cara paling efektif digunakan untuk pengairan lahan persawahan melalui pembangunan sistem pengairan serta bendungan sebab tidak lagi membutuhkan biaya operasional, berbeda saat menggunakan sistem pompanisasi.

Dia mengaku, keluhan sebagian besar kelompok tani yang mendapat bantuan pompa adalah biaya solar yang harus dikeluarkan setiap hari untuk mengoperasikan mesin sehingga bisa mengairi lahan persawahan mereka.

"Sistem ini hanya bisa digunakan pada lahan yang betul-betul memiliki sumber air yang cukup banyak, sebab pada beberapa tempat yang terbilang kering, air yang dihasilkan juga tidak mampu mengaliri seluruh lahan yang membutuhkan," kata Akhsan.

Beberapa kelompok tani yang tidak memiliki biaya cukup bahkan tidak menggunakan bantuan pompa yang diberikan sebab mereka tetap mengharapkan pemerintah memberi bantuan modal kepada petani untuk pengoperasian mesin selama masa penanaman hingga panen.

Sistem pompanisasi ini dinilai bisa efektif jika pemerintah pusat memberi bantuan pompa satu paket dengan bantuan modal untuk mengoperasikan mesin selama masa penanaman sebab biayanya tidak mampu ditanggung sendiri oleh petani maupun pemerintah daerah.

Akhsan berharap, hal ini mampu menjadi perhatian pemerintah pusat melihat kondisi petani di Majene yang memiliki masalah berbeda dibanding beberapa masalah petani di tempat lainnya.  (T.KR-AHN/S023)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024