Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) Yulius menyatakan perbankan perlu untuk lebih membantu pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di dalam negeri guna mendapatkan layanan akses finansial sehingga memaksimalkan jasa keuangan domestik.

"Kami selalu berupaya mendorong pelaku UMKM untuk bisa mengakses layanan perbankan. Memang masih ada perbankan yang mempersyaratkan adanya kolateral, namun beberapa lembaga keuangan kini mengembangkan kolateral dalam bentuk riwayat cashflow yang tercatat rapi saat menggunakan QRIS," kata Yulius dalam rilis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Yulius memaparkan akses pelaku UMKM kepada layanan perbankan masih sekitar 20 persen. Sedangkan negara tetangga, seperti Malaysia, sudah mencapai 50 persen dan Korea Selatan mencapai 82 persen.

Disebutkan, pelaku UMKM masih sering mengalami kesulitan dalam mengelola keuangan dan kesulitan dalam menggunakan produk jasa keuangan secara maksimal. Akibatnya, perkembangan usaha pelaku UMKM cenderung stagnan dan susah untuk bisa naik kelas.

Apalagi, menurut dia, profil pelaku UMKM di Indonesia mayoritas berasal dari masyarakat kelas bawah dan anak-anak putus sekolah yang terpaksa berusaha sendiri agar dapat bertahan.

"Kita tahu bahwa hampir 99 persen pengusaha kita adalah pengusaha mikro. Karakteristik pertama adalah mereka berbisnis bukan untuk berbisnis, mereka itu berbisnis karena keterpaksaan. Jadi misalnya mereka tidak punya uang, mereka terpaksa berjualan. Drop out sekolah, mereka terpaksa berjualan. Jadi mereka berpikirnya secara sederhana. Mereka tidak berpikir bagaimana untuk meningkatkan teknologi, bagaimana mengurus akses pasar, bagaimana harus mendapatkan pendanaan, mereka tidak berpikir itu. Yang penting adalah, mereka bisa hidup, besok bisa makan," papar Yulius.

Sementara itu Assistant Vice President Bank Mandiri Rolland Setiawan mengungkapkan menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLKI) yang dilakukan oleh OJK periode 2022 menunjukkan Indeks Literasi Keuangan Masyarakat Indonesia sebesar 49,68 persen.

"Banyak yang merasa masih belum perlu untuk menggunakan layanan perbankan karena transaksi masih berupa cash atau bahkan sudah takut duluan dengan produk bank karena memiliki pemikiran bahwa produk bank itu mahal, ribet, dan merepotkan. Pada kenyataannya di Bank Mandiri juga ada produk tabungan yang cukup setoran pertamanya Rp50.000 saja dan biaya adminnya hanya Rp5.000/bulan yaitu Mandiri Tabungan Mitra Usaha," katanya. 

Bank Mandiri, kata Rolland, sebagai bagian dari industri jasa keuangan sangat mendukung upaya peningkatan literasi keuangan dan pengembangan sektor UMKM.

Pihaknya memiliki sejumlah produk guna mendukung kebutuhan pelaku UMKM, antara lain Mandiri Tabungan Mitra Usaha, Kredit Usaha Mikro/Kredit Usaha Rakyat, layanan Livin Mandiri, serta pelaku UMKM juga bisa bergabung menjadi Mandiri Agen.

"Di Mandiri Agen selain bisa untuk setor/tarik tunai, transfer, bisa buka tabungan dan juga pintu awal mengajukan kredit. Mandiri juga selalu support untuk pengembangan UMKM melalui CSR kita yaitu Wirausaha Muda Mandiri yang sudah mencetak ribuan wirausaha," kata Rolland.

Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Perbankan perlu lebih bantu UMKM terkait akses finansial

Pewarta : M Razi Rahman
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024