Bantaeng, Sulsel (ANTARA News) - Petani jagung di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, bergembira karena harga jagung mulai naik dari Rp1.200 per kilogram menjadi Rp2.850 per kilogram.

"Sebelumnya, para petani kurang bersemangat dengan harga yang rendah yakni Rp1.200 per kg, tetapi sekarang sudah mencapai angka di atas Rp2.000 per kg, ungkap seorang petani jagung di Kampung Balla Tujua, Bantaeng, Basri di Bantaeng, Jumat.

Membaiknya harga jagung di tingkat petani ini, baru sepekan. Basri menyebutkan, bisnis berkebun jagung ke depan sangat menjanjikan, asal harga tidak jatuh lagi sampai di bawah Rp2.000 per kilogram.

"Dengan kenaikan harga jagung seperti ini, membuat para petani jagung di kampung ini, khususnya di Bantaeng, bisa tersenyum lebar," jelasnya.

Namun, sebagian petani di daerah ini mengaku akan mengalami gagal panen akibat terjangan angin kencang beberapa hari lalu.

Menurut salah seorang petani di Desa Bonto Rannu, Mansyur, kini lahan jagung miliknya dan sejumlah petani lainnya dipastikan mengalami kerugian akibat puluhan hektar lahan jagung diterjang angin kencang.

"Puluhan hektare lahan jagung kami yang terletak di perbatasan desa sudah rebah akibat tiupan angin kencang," ucapnya.

Menurut dia, kondisi tersebut telah terjadi sejak angin kencang melanda wilayah ini. Sebab, jagung rebah sebelum tiba masa panen. Angin kencang yang terus berhembus sejak seminggu lalu mengakibatkan puluhan hektare tanaman jagung patah. Akibatnya, para petani jagung terpaksa menebas tanaman jagung lebih dini untuk pakan ternak.

Menurut dia, ladang jagung seluas setengah hektare miliknya roboh karena tidak tahan menahan tiupan angin yang terus berhembus sejak seminggu lalu. Sebagian besar jagung tersebut patah tepat di bagian pangkal batang sehingga sulit untuk diselamatkan.

Sebenarnya jagung tersebut akan memasuki masa panen beberapa hari lagi. Saat ini tongkol jagung sudah mulai membesar. Tetapi karena terlanjur patah, dia terpaksa memangkas habis tanaman jagung untuk digunakan sebagai pakan ternak, hal ini sudah merupakan resiko yang harus ditanggung oleh masyarakat petani.

"Dari sisi pembiayaan tanaman jagung itu sendiri, cukup menguras dana yang tidak sedikit, Awalnya kami petani harus mengeluarkan dana pembelian benih dan pupuk," ucapnya.

"Memang jika jagung sudah rusak akibat roboh dihantam angin, sesuai dengan pengalaman ini akan gagal panen," ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Bantaeng Syamsu Alam mengatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan identifikasi jumlah luas lahan yang terkena dampak bencana angin kencang tersebut. "kita masih menunggu laporan dari petugas lapangan, untuk mengetahui kerugian yang ditimbulkan," ucapnya.
(T.KR-MH/F003) 

Pewarta :
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024