Ankara (ANTARA) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengutuk kekerasan terhadap Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva.
"Kami mengutuk kekerasan terhadap Lula, yang secara sah menjadi presiden dalam pemilihan yang diadakan di Brazil," kata Erdogan setelah rapat kabinet di Ibu Kota Ankara, Senin (9/1).
Erdogan mengeluarkan pernyataan itu sehari setelah ratusan pendukung mantan Presiden Brazil Jair Bolsonaro menyerbu gedung Kongres Nasional sambil meneriakkan slogan-slogan dan menuntut intervensi tentara.
Mereka menerobos penghalang polisi dan memasuki gedung Kongres.
Para pendukung Bolsonaro juga berhasil menyerbu dan menjarah Istana Planalto, yang merupakan kantor Presiden, serta Mahkamah Agung Federal, menurut laporan portal berita Brazil G1.
"Saya ingin mengungkapkan kesedihan dan keprihatinan kami atas insiden baru-baru ini di Brazil," tutur Erdogan.
Dia menegaskan bahwa kerusuhan di Brazil "tidak memiliki tempat dalam demokrasi".
"Kami menegaskan kembali dukungan kami untuk Presiden Brazil Lula dan rasa hormat kami terhadap keinginan rakyat Brazil," kata Erdogan.
Turki menyatakan solidaritas dengan pemerintah Presiden Lula dan rakyat Brazil dalam menghadapi tindakan kekerasan.
Kementerian Luar Negeri Turki menekankan pentingnya menghormati hasil pemilu dan proses demokrasi yang mencerminkan keinginan rakyat negara itu.
Lula dilantik untuk masa jabatan ketiga sebagai presiden Brazil di Ibu Kota Brasilia pada 1 Januari 2023.
Pada 30 Oktober 2022, dia mengalahkan Jair Bolsonaro --sang petahana beraliran kanan-- dalam persaingan ketat.
Pada pemilihan itu, Lula meraup 50,9 persen suara sementara Bolsonaro mengumpulkan 49,1 persen, menurut Mahkamah Agung Pemilihan Brazil.
Sumber: Anadolu
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Erdogan kutuk kekerasan terhadap Presiden Brazil
"Kami mengutuk kekerasan terhadap Lula, yang secara sah menjadi presiden dalam pemilihan yang diadakan di Brazil," kata Erdogan setelah rapat kabinet di Ibu Kota Ankara, Senin (9/1).
Erdogan mengeluarkan pernyataan itu sehari setelah ratusan pendukung mantan Presiden Brazil Jair Bolsonaro menyerbu gedung Kongres Nasional sambil meneriakkan slogan-slogan dan menuntut intervensi tentara.
Mereka menerobos penghalang polisi dan memasuki gedung Kongres.
Para pendukung Bolsonaro juga berhasil menyerbu dan menjarah Istana Planalto, yang merupakan kantor Presiden, serta Mahkamah Agung Federal, menurut laporan portal berita Brazil G1.
"Saya ingin mengungkapkan kesedihan dan keprihatinan kami atas insiden baru-baru ini di Brazil," tutur Erdogan.
Dia menegaskan bahwa kerusuhan di Brazil "tidak memiliki tempat dalam demokrasi".
"Kami menegaskan kembali dukungan kami untuk Presiden Brazil Lula dan rasa hormat kami terhadap keinginan rakyat Brazil," kata Erdogan.
Turki menyatakan solidaritas dengan pemerintah Presiden Lula dan rakyat Brazil dalam menghadapi tindakan kekerasan.
Kementerian Luar Negeri Turki menekankan pentingnya menghormati hasil pemilu dan proses demokrasi yang mencerminkan keinginan rakyat negara itu.
Lula dilantik untuk masa jabatan ketiga sebagai presiden Brazil di Ibu Kota Brasilia pada 1 Januari 2023.
Pada 30 Oktober 2022, dia mengalahkan Jair Bolsonaro --sang petahana beraliran kanan-- dalam persaingan ketat.
Pada pemilihan itu, Lula meraup 50,9 persen suara sementara Bolsonaro mengumpulkan 49,1 persen, menurut Mahkamah Agung Pemilihan Brazil.
Sumber: Anadolu
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Erdogan kutuk kekerasan terhadap Presiden Brazil