Makassar (ANTARA Sulsel) - Gereja Katedral mengelar drama proses perjalanan penyaliban Yesus Kristus dalam memperingati Hari wafat Yesus Kristus di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat.

Drama yang dibawakan sejumlah anak muda yang tergabung dalam orang-orang muda atau OMK Katedral, membuat para jemaat terharu dan beberapa diantaranya sempat menangis pada Jumat Agung tersebut.

Dalam prosesi penyaliban itu digambarkan penderitaan Yesus saat akan disalib sampai kematiannya ditiang salib bukit Gholgota. Prosesi ini juga diwarnai tangisan Ibu Yesus dan para perempuan lainnya saat Yesus digiring pemuda gereja menyerupai penjaga .

Prosesi dimulai dengan menceritakan Yesus dibawakan kaum Yahudi ke penguasa Bethlehem bernama Pontius Pilatus untuk disalib karena mengaku raja.

Yesus akhirnya diarak dengan mengangkat salib untuk menuju bukit Gholgota, tapi dilakukan dalam gereja .

Saat proses perjalanan menuju tempat penyaliban, Yesus mengalami penyiksaan dengan dicambuk dan ditendang hingga dimaki-maki. Para jemaat yang menyaksikan proses itu secara serius pun menangis karena iba melihat penderitaan yang diterima Yesus.

Lelaki yang berperan sebagai Pontius Pilatus atau raja yang berkuasa dengan kuasanya memerintahkan menangkap Yesus.

Yesus saat itu mengenakan pakaian putih dirobek, kemudian disiksa mengunakan cambuk oleh para penjaga dan dimaki-maki disaksikan jemaat.

Penjaga kemudian menyalip tangan dan kaki Yesus dengan menggunakan paku. Menjelang kematian, Yesus pun berdoa namun tidak digubris para penjaga dan Pilatus.

Digambarkan pula setelah Yesus meninggal seluruh jemaat diminta berlutut untuk melakukan perenungan. Prosesi Jalan Salib merupakan ritual umat Katolik, sebelum masuk dalam Paskah.

"Drama itu merupakan visualisasi dulu apa yang dialami Yesus, mulai dari pengkhianatan muridnya bernama Yudas Iskariot, kemudian penangkapan, selanjutnya pendarahan, penyiksaan, sampai pada penyaliban," tutur Pastor Katedral Paulus Tongli usai prosesi.

Editor : Agus Setiawan




Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024