Kupang (ANTARA Sulsel) - Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana mengemukakan lembaga pemasyarakatan di Indonesia umumnya sudah over kapasitas sehingga perlu pembenahan dan perbaikan ke arah terciptanya suasana yang kondusif dalam penjara.

"Hampir semua lapas di Indonesia perlu dibenahi karena tidak hanya orang terhukum saja yang masuk ke penjara, tetapi juga ada tahanan kepolisian dan kejaksaan yang dititipkan di lapas tersebut," katanya menjawab wartawan di Kupang, Senin, ketika ditanya perkembangan kasus penyerangan bersenjata ke Lapas Kelas IIB Cebongan, Sleman.

Ia mengatakan bahwa kasus penyerangan bersenjata ke Lapas Cebongan di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, beberapa waktu lalu yang mengakibatkan empat orang tahanan tewas tertembak menjadi bahan catatan dan evaluasi bagi Kemenkumham terhadap eksistensi lapas di seluruh Indonesia.

"Ada juga tahanan narkoba dititipkan di lapas, seperti di Lapas Kelas IIB Cebongan, Sleman, tersebut. Kondisi seperti ini menjadi catatan dan evaluasi kami ke depan untuk bagaimana membuat lapas itu nyaman bagi para penghuninya," ujar Denny Indrayana.

Dikatakan kondisi yang sama juga dialami rumah detensi imigran (rudenim). Ada beberapa rudenim juga over kapasitas, seperti Rudenim Kupang saat ini sehingga menjadi bahan evaluasi bagi Kemenkumham untuk melakukan perbaikan-perbaikan ke depan.

Menurun dia, masuknya 79 imigran gelap asal Timur Tengah ke Kupang pada hari Minggu (7/4) membuat Rudenim setempat tidak sanggup lagi untuk menampung para imigran yang hendak ke Australia secara ilegal itu.

Para imigran tersebut diamankan aparat kepolisian di Pulau Kambing tidak jauh dari Selat Pukuafu, antara Pulau Timor, Semau, dan Rote. Mereka hendak menyeberang secara ilegal ke Australia. Namun, berhasil digagalkan dan saat ini sudah masuk di Rudenim Kupang.

Kepala Imigrasi Kupang Silvester Sili Laba yang dihubungi secara terpisah juga mengakui bahwa Rudenim Kupang sudah over kapasitas karena banyaknya imigran gelap yang tertampung.

"Sebentar lagi akan masuk 50 imigran Timur Tengah dari Pulau Rote, pulau terselatan Indonesia, ke Kupang. Situasi ini membuat kami kesulitan untuk menampung mereka semuanya di rudenim. Kami terpaksa menyewa beberapa gedung kosong untuk menampung mereka," katanya menambahkan.

Para imigran tersebut hendak menyeberang secara ilegal ke Australia. Mereka ingin mencari suaka di negeri Kanguru itu karena merasa tidak nyaman lagi hidup di negerinya sendiri yang terus dilanda konflik.

"Inilah salah satu faktor penyebab mengalirnya imigran dari Timur Tengah menuju Australia dengan menggunakan perahu-perahu milik nelayan setempat untuk menyeberang ke negeri Kanguru," kata Sili Laba.

Editor : D.Dj. Kliwantoro

Pewarta : Laurensius Molan
Editor :
Copyright © ANTARA 2024