Malang (ANTARA) - Praktisi bisnis pangan yang juga Komisaris PT. MAS Group, Sentot Joko Priyono mengemukakan ada tiga bisnis yang tidak akan pudar hingga akhir zaman (kiamat), yakni bisnis bidang kesehatan, pendidikan dan pangan.
"Ada banyak kesempatan dan peluang dalam bisnis pangan, termasuk agrokompleks. Hal itu tidak lepas dari kebutuhan manusia akan pangan yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, mahasiswa harus bisa memanfaatkannya dengan baik," kata Sentot Joko Priyono saat memberikan kuliah tamu di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) seperti dikutip dalam rilis UMM yang diterima di Malang, Jawa Timur, Rabu.
Selain memberikan kuliah tamu, Sentot juga menandatangani nota kesepahaman dengan UMM terkait Center of Excellence (CoE) Ekspor Agrokompleks garapan Agribisnis UMM.
Terkait CoE Ekspor Agrokompleks tersebut, Sentot menjelaskan bahwa basecamp kelas ini akan ditempatkan di Pontianak. Hal itu tidak lepas dari pelabuhan di Pontianak yang sangat mendukung, utamanya dalam hal regulasi ekspor. Para peserta CoE akan diajar langsung oleh pemangku kepentingan yang bergelut dalam kegiatan ekspor.
“Jadi, nanti yang memberikan pelatihan, mulai dari petani komoditas, pengelola, bea cukai, bahkan pembeli dari luar negeri. Pembelinya juga bermacam-macam, seperti dari Malaysia, India, hingga Bangladesh. Jadi, peserta bisa mendapatkan banyak pengalaman dan pelatihan yang mumpuni,” ujarnya.
Ia menerangkan kelas ini nantinya berisi 80 persen praktik dan 20 persen sisanya materi. Diharapkan muncul bibit-bibit unggul yang paham tentang ekspor dan segala hal yang berkaitan dengannya.
Acara itu juga dihadiri oleh Direktur utama PT. MAS Group, Anne Sri Arti. Ia bercerita tentang jatuh bangun memulai usaha ini serta mengajak anak muda untuk melihat peluang yang ada.
“Saya mengawali semua ini dengan keluar dari zona nyaman, kemudian menggaet beberapa peternak sapi perah. Dari sana, muncul berbagai ide dan usaha yang terus dikembangkan. Semua pasti ada hambatannya, tapi jika tekun dan bisa melihat peluang, saya rasa keberhasilan akan menunggu di akhir jalan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Program Studi Agribisnis UMM Ary Bakhtiar, SP., M.Si. melihat bahwa peluang pengembangan pasar ke luar negeri terbuka lebar. Salah satunya, yang berkaitan dengan bidang agrokompleks, yaitu tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
Maka, peluang ini harus bisa dimanfaatkan dengan baik. Satu upaya yang bisa dilakukan adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas pengekspor produk ini.
CoE ini juga diharapkan mampu membekali pengetahuan dan teknis terkait ekspor kepada para mahasiswa, bukan hanya mereka yang belajar di agribisnis, tapi juga lintas jurusan, fakultas, bahkan universitas. “Pun dengan pemberian informasi tentang potensi dan tantangan ekspor produk agrokompleks, persiapan awal sebelum melakukan ekspor dan implementasi dalam kegiatan ekspor produk,” katanya.
Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. menjelaskan bahwa potensi ekspor sangat menjanjikan. Ia berharap mereka yang turut serta dalam CoE ini bisa menjadi pengekspor yang andal. Bukan hanya tahu produk mana yang bagus, tapi juga mampu memahami regulasi dengan baik. Tidak harus menunggu lulus, tapi bisa dimulai sejak menginjak bangku perkuliahan.
“Sampai saat ini ada lebih dari 40 CoE yang sudah berdiri dan berjalan. Mulai dari CoE unggas, koi, cokelat, welding inspector, anggrek, metaverse, dan lain sebagainya. Sudah banyak yang datang ke UMM untuk belajar tentang pengelolaan CoE ini. Bahkan, ada yang ikut membuka program serupa,” katanya.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Praktisi: Ada tiga bisnis yang tak akan pudar hingga akhir zaman
"Ada banyak kesempatan dan peluang dalam bisnis pangan, termasuk agrokompleks. Hal itu tidak lepas dari kebutuhan manusia akan pangan yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, mahasiswa harus bisa memanfaatkannya dengan baik," kata Sentot Joko Priyono saat memberikan kuliah tamu di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) seperti dikutip dalam rilis UMM yang diterima di Malang, Jawa Timur, Rabu.
Selain memberikan kuliah tamu, Sentot juga menandatangani nota kesepahaman dengan UMM terkait Center of Excellence (CoE) Ekspor Agrokompleks garapan Agribisnis UMM.
Terkait CoE Ekspor Agrokompleks tersebut, Sentot menjelaskan bahwa basecamp kelas ini akan ditempatkan di Pontianak. Hal itu tidak lepas dari pelabuhan di Pontianak yang sangat mendukung, utamanya dalam hal regulasi ekspor. Para peserta CoE akan diajar langsung oleh pemangku kepentingan yang bergelut dalam kegiatan ekspor.
“Jadi, nanti yang memberikan pelatihan, mulai dari petani komoditas, pengelola, bea cukai, bahkan pembeli dari luar negeri. Pembelinya juga bermacam-macam, seperti dari Malaysia, India, hingga Bangladesh. Jadi, peserta bisa mendapatkan banyak pengalaman dan pelatihan yang mumpuni,” ujarnya.
Ia menerangkan kelas ini nantinya berisi 80 persen praktik dan 20 persen sisanya materi. Diharapkan muncul bibit-bibit unggul yang paham tentang ekspor dan segala hal yang berkaitan dengannya.
Acara itu juga dihadiri oleh Direktur utama PT. MAS Group, Anne Sri Arti. Ia bercerita tentang jatuh bangun memulai usaha ini serta mengajak anak muda untuk melihat peluang yang ada.
“Saya mengawali semua ini dengan keluar dari zona nyaman, kemudian menggaet beberapa peternak sapi perah. Dari sana, muncul berbagai ide dan usaha yang terus dikembangkan. Semua pasti ada hambatannya, tapi jika tekun dan bisa melihat peluang, saya rasa keberhasilan akan menunggu di akhir jalan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Program Studi Agribisnis UMM Ary Bakhtiar, SP., M.Si. melihat bahwa peluang pengembangan pasar ke luar negeri terbuka lebar. Salah satunya, yang berkaitan dengan bidang agrokompleks, yaitu tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
Maka, peluang ini harus bisa dimanfaatkan dengan baik. Satu upaya yang bisa dilakukan adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas pengekspor produk ini.
CoE ini juga diharapkan mampu membekali pengetahuan dan teknis terkait ekspor kepada para mahasiswa, bukan hanya mereka yang belajar di agribisnis, tapi juga lintas jurusan, fakultas, bahkan universitas. “Pun dengan pemberian informasi tentang potensi dan tantangan ekspor produk agrokompleks, persiapan awal sebelum melakukan ekspor dan implementasi dalam kegiatan ekspor produk,” katanya.
Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. menjelaskan bahwa potensi ekspor sangat menjanjikan. Ia berharap mereka yang turut serta dalam CoE ini bisa menjadi pengekspor yang andal. Bukan hanya tahu produk mana yang bagus, tapi juga mampu memahami regulasi dengan baik. Tidak harus menunggu lulus, tapi bisa dimulai sejak menginjak bangku perkuliahan.
“Sampai saat ini ada lebih dari 40 CoE yang sudah berdiri dan berjalan. Mulai dari CoE unggas, koi, cokelat, welding inspector, anggrek, metaverse, dan lain sebagainya. Sudah banyak yang datang ke UMM untuk belajar tentang pengelolaan CoE ini. Bahkan, ada yang ikut membuka program serupa,” katanya.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Praktisi: Ada tiga bisnis yang tak akan pudar hingga akhir zaman