Mamuju (ANTARA Sulsewl) - Pakar ekonomi dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan, Syarkawi Rauf mengatakan kandungan tambang uranium di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, kini menjadi incaran beberapa negara asing.

"Potensi tambang uranium di Mamuju merupakan yang terbaik di Indonesia. Sehingga pemanfaatannya harus hati-hati dan dikelola untuk kemakmuran rakyat, bukan menguntungkan pihak asing," kata Sarkawi Rauf ketika dihubungi di Makassar, Senin.

Menurutnya, pemanfaatan uranium bukan hanya untuk menghasilkan tenaga nuklir untuk kepentingan pertahanan, tapi juga untuk dikelola lebih ekonomi.

"Misalnya, sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dalam mendukung ketersediaan listrik di provinsi hasil pemekaran Sulsel ini," katanya.

Dia mengatakan sadar atau tidak kandungan uranium di Sulbar telah diketahui banyak negara-negara besar, termasuk Amerika Serikat (AS), Rusia, China, dan banyak negara besar lainnya.

Oleh sebab itu, kata dia, pemerintah RI tidak boleh gegabah jika memiliki rencana mengelola sumber energi tersebut.

Kalau untuk kepentingan ekonomi domestik dan memenuhi kebutuhan ketersediaan pasokan listrik, kata Sarkawi, maka reaktor nuklir untuk pembangkit listrik bisa didirikan di Sulbar.

"Kalau kita bisa memanfaatkan uraium sebagai sumber energi listrik, daerah ini akan maju dan tidak akan pernah kekurangan listrik. Hanya saja kita belum punya teknologi untuk meanfaatkan uranium," kata Syarkawi.

Syrakawi yang juga anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pusat ini mengatakan kebutuhan akan energi sampai saat ini mengalami peningkatan yang sangat pesat.

"Peningkatan kebutuhan akan energi merupakan sebuah bentuk penyesuaian dengan kemajuan zaman. Satu sumber energi yang posisinya sangat vital bagi masyarakat adalah energi listrik," katanya.

Dia menjelaskan, listrik bisa dihasilkan dengan mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), PLTN adalah pembangkit listrik yang menggunakan proses pembelahan inti atom uranium yang akan menghasilkan energi nuklir yang sangat besar.

"Itu sebabnya, Iran sangat ngotot mengembangkan dan mengelola sendiri nuklir-nya. Karena listrik yang dihasilkan sangat besar dan mampu memenuhi kebutuhan negaranya," kata Syarkawi.

Sikap Iran untuk tidak menyerahkan pengelolaan uraniumnya kepada negara asing, kata dia, patut dijadikan contoh sehingga pemerintah RI harus berhati-hati.

Kendatangan utusan Pemerintah Amerika Serikat (AS) ke Sulbar, ungkap Syarkawi, harus benar-benar dimanfaatkan untuk membangun kerjasama yang saling menguntungkan.

"Mereka boleh bawa bantuan masuk, tapi tidak berarti boleh mengambil apa saja yang mereka mau. Kalau memang ada kerjasama maka harus saling menguntungkan. Amerika bisa masuk dalam bantuan teknologi dan dana. Kerjasamanya harus berbentuk `mutual partnership`," ujar Syarkawi.

Editor : Agus Setiawan

Pewarta : Aco Ahmad
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024