Makassar (ANTARA) - Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Selayar, Sulawesi Selatan, kreatif dengan memproduksi miniatur perahu phinisi yang unik dari limbah batok kelapa.
"Limbah batok kelapa ini biasanya dibuang begitu saja. Namun, ditangan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Rutan Selayar, limbah tersebut bisa dijadikan kreasi seni yang bernilai jual," kata Kepala Rutan Selayar Nana Herdiana dalan keterangannya diterima di Makassar, Minggu (21/5).
Menurut Nana, tangan terampil WBP ini hanya membutuhkan waktu dua hingga tiga hari untuk membuat satu kerajinan tangan, berupa miniatur Perahu Phinisi dari batok kelapa.
"Miniatur ini perunit dijual kepada masyarakat dengan harga Rp50 Ribu hingga Rp100 Ribu dan telah dipamerkan pada kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemda Selayar," ujarnya.
Menurut Nana, program ini merupakan kegiatan kreatifitas dan pelatihan produktif yang telah diperkenalkan kepada para warga binaan sebagai bagian dari upaya rehabilitasi dan reintegrasi sosial.
WBP Rutan Selayar sedang membuat miniatur perahu phinisi yang unik dari limbah batok kelapa. ANTARA/HO-Kemenkumham Sulsel
Melalui program ini, para narapidana dilatih untuk membuat hiasan ruang tamu yang unik dan kreatif menggunakan bahan-bahan daur ulang seperti batok kelapa, koran, dan bambu.
Selain itu, warga binaan juga belajar untuk membuat berbagai hiasan ruang tamu yang mencakup kapal phinisi miniatur dari batok kelapa, tempat tisu yang indah dari koran, serta miniatur becak dan sepeda onthel yang unik dari bambu.
"Pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan kreatif dan mengajarkan nilai-nilai kewirausahaan kepada para narapidana," kata Nana.
Terpisah, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Sulawesi Selatan (Sulsel) Liberti Sitinjak mengapresiasi hal tersebut.
"Program tersebut kreatifitas WBP dan dapat melatih jiwa wirausaha mereka agar dapat menjadi bekal setelah ia selesaj menjalani masa pidananya," ungkapnya.
Liberti menambahkan hal tersebut bisa meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kemenkumham sehingga memberikan dampak positif terhadap perekonomian di negara kita.(*/Inf)
"Limbah batok kelapa ini biasanya dibuang begitu saja. Namun, ditangan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Rutan Selayar, limbah tersebut bisa dijadikan kreasi seni yang bernilai jual," kata Kepala Rutan Selayar Nana Herdiana dalan keterangannya diterima di Makassar, Minggu (21/5).
Menurut Nana, tangan terampil WBP ini hanya membutuhkan waktu dua hingga tiga hari untuk membuat satu kerajinan tangan, berupa miniatur Perahu Phinisi dari batok kelapa.
"Miniatur ini perunit dijual kepada masyarakat dengan harga Rp50 Ribu hingga Rp100 Ribu dan telah dipamerkan pada kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemda Selayar," ujarnya.
Menurut Nana, program ini merupakan kegiatan kreatifitas dan pelatihan produktif yang telah diperkenalkan kepada para warga binaan sebagai bagian dari upaya rehabilitasi dan reintegrasi sosial.
Melalui program ini, para narapidana dilatih untuk membuat hiasan ruang tamu yang unik dan kreatif menggunakan bahan-bahan daur ulang seperti batok kelapa, koran, dan bambu.
Selain itu, warga binaan juga belajar untuk membuat berbagai hiasan ruang tamu yang mencakup kapal phinisi miniatur dari batok kelapa, tempat tisu yang indah dari koran, serta miniatur becak dan sepeda onthel yang unik dari bambu.
"Pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan kreatif dan mengajarkan nilai-nilai kewirausahaan kepada para narapidana," kata Nana.
Terpisah, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Sulawesi Selatan (Sulsel) Liberti Sitinjak mengapresiasi hal tersebut.
"Program tersebut kreatifitas WBP dan dapat melatih jiwa wirausaha mereka agar dapat menjadi bekal setelah ia selesaj menjalani masa pidananya," ungkapnya.
Liberti menambahkan hal tersebut bisa meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kemenkumham sehingga memberikan dampak positif terhadap perekonomian di negara kita.(*/Inf)