Makassar (ANTARA) - Sebanyak 280 pemateri dari berbagai negara menghadiri Simposium Nasional dan Internasional Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas di Makassar, Sabtu.

Ratusan pemateri itu berasal dari berbagai universitas di Indonesia, Malaysia, Korea, Sudan dan Inggris. Sedangkan pembicara kunci berasal dari Belanda, Jepang, Amerika, Malaysia, dan Korea.

Selain akademisi dan peneliti, sejumlah pembicara yang hadir dari berbagai negara tersebut juga berasal dari pemangku kepentingan di bidang kelautan dan perikanan, seperti birokrat, swasta/pengusaha, dan LSM.

Menteri Kelautan Perikanan yang diwakili oleh Plt  Dirjen Perikanan Tangkap Agus Suherman, sebagai pemateri kunci memaparkan fakta-fakta kondisi pengelolaan perikanan di Indonesia kini.

Mulai dari kian menurunnya jumlah tangkapan nelayan yang bermuara pada kemiskinan nelayan hingga target pemerintah untuk mengekspor hasil-hasil perikanan berbasis kuota agar perikanan kita bisa berkelanjutan.

Dia mencontohkan pengelolaan perikanan Islandia yang dulunya juga dikelola tidak berkelanjutan.

“Tapi kemudian mereka mereformasi kebijakannya mulai tahun 1984 sehingga pengelolaan perikanannya semakin terukur kini. Kalau mereka bisa, tentu kita juga bisa,” kata Agus.

Menariknya, di awal panel pemateri ditampilkan tiga rektor yang perhatian pada pengembangan sektor kelautan dan perikanan di Indonesia, yaitu Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Arief Satria, Rektor Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah) Prof Agung Dhamar Syakti, dan Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa.

Prof Agung yang tampil sebagai panelis pertama menggugah peserta simposium agar mengembalikan kembali kejayaan sektor kemaritiman seperti yang diinginkan oleh pendiri bangsa ini.

“Dari awal bangsa ini didirikan oleh Presiden Soekarno, beliau sudah paham betul akan potensi kemaritiman yang dimiliki oleh bangsa ini,” kata Prof Agung.

Dia mengharapkan agar semangat kemaritiman yang telah dicanangkan itu digelorakan kembali melalui riset-riset unggul yang dapat membawa bangsa ini lebih sejahtera dengan memanfaatkan sumber daya laut yang dimiliki.

Selanjutnya Rektor IPB Prof. Arief Satria lebih banyak menyampaikan fakta demografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Menurutnya, hingga kini soal kemaritiman kita masih selalu berbicara keunggulan komparatif yang dimiliki sebagai suatu fakta geografis.

“Padahal mestinya fakta-fakta keunggulan geografis tersebut sudah menjadi fakta keunggulan ekonomi dan sosial budaya di negara kita,” kata Arief.

Hal tersebut akan terwujud menurut Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa jika kebijakan-kebijakan di sektor kelautan yang diambil pemerintah berbasis kajian riset dan ilmu pengetahuan. “Jadi kebijakan yang diambil itu harus ada dasar kajian ilmunya,” ujar Prof JJ.*

Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: 280 pemateri berbagai negara hadiri simposium FIKP Unhas

Pewarta : Abdul Kadir
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024