Makassar (ANTARA) - Pimpinan Universitas Muhammadiyah Makassar tengah melakukan investigasi terkait dugaan kekerasan terhadap seorang mahasiswa baru Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) saat mengikuti kegiatan kemahasiswaan di area Yonif 700 Raider, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
"Kami sudah berkoordinasi dengan Dewan Kehormatan Etik dan Advokasi (DKEA) Universitas, dan Pimpinan Unismuh untuk menindaklanjuti insiden ini, termasuk melakukan investigasi lebih lebih lanjut," ujar Wakil Dekan III FKIK Unismuh Makassar dokter Asdar saat konferensi pers di kampus setempat, Senin malam.
Korban tersebut diketahui bernama Muhammad Fathan, mahasiswa baru Fakultas Kedokteran itu mengikuti pengkaderan bersama ratusan mahasiswa lainnya melalui 'Achieve the Skills of A Leadership of Training '(Achilles) selama empat hari 22-24 Juni 2023.
Dalam masa pengkaderan itu, korban diduga mengalami kekerasan oleh seniornya, hingga harus masuk rumah sakit. Namun demikian, pihak pimpinan kampus belum memastikan dugaan tindakan kekerasan tersebut dan menyebutnya insiden yang kini dalam penyelidikan dan investigasi.
"Kami menegaskan bahwa FKIK dan Unismuh tidak menolerir kekerasan dalam bentuk apapun. Kami berharap insiden ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Kami juga telah meminta maaf kepada pihak keluarga atas kejadian ini," ucap dokter Asdar menegaskan.
Ia menyebutkan, kegiatan tersebut melibatkan 264 mahasiswa baru angkatan 2022. Selama kegiatan berlangsung sejak Kamis hingga Ahad, sebagai Wakil Dekan III, ia hadir setiap hari untuk memastikan kelancaran dan keamanan kegiatan. Tim bantuan medis juga hadir untuk memantau kondisi kesehatan peserta.
"Di sana ada pula pengamanan dari anggota Yonif 700 Rider. Secara umum kegiatan berjalan sesuai tertib sesuai agenda. Namun kita kecolongan dalam kegiatan ini ada insiden atau kecelakaan sehingga kegiatan puncaknya kita batalkan di luar ruangan," ucapnya kepada wartawan.
Dari kronologi kejadian, pembukaan dimulai pada Kamis (22/6), namun pemberian materi baru dilaksanakan pada Jumat (23/6). Namun pada Sabtu (24/6), korban Fathan mengeluh sakit, lalu diberikan penanganan medis pertama, selanjutnya diantar panitia ke Rumah Sakit Unhas.
Saat di rumah sakit, korban mengaku dipukuli seniornya pada Sabtu dini hari pukul 00.20 WITA. Menyusul malam harinya, panitia juga membawa peserta lain yakni Muh Rafly serta Iksan pada Minggu pagi ke rumah sakit karena mengeluh sakit.
Mahasiswa yang mengalami insiden tersebut, kata dia, telah menjalani observasi dan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG dan CT Scan, kondisi Fathan dalam keadaan baik. Dan dua mahasiswa lainnya dinyatakan dalam kondisi sehat dan dipastikan tidak seperti di berita yang beredar.
Saat ditanyakan mengapa Fathan sampai harus dirujuk ke Rumah Sakit Bayangkara, apakah kondisinya parah, kata dia, untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut termasuk ditangani dokter ahli ortopedi (tulang), dan sejauh ini kondisinya sudah membaik.
Mengenai insiden itu mengapa sampai terjadi, papar dia, memang di luar pengawasan. Sedangkan dua mahasiswa ini memang kondisinya sakit, sedangkan satunya (Fathan) masih diduga mengalami kekerasan. Soal mahasiswa berlembaga pihaknya tidak punya hak melarang, nanti melanggar, karena disitulah pengembangan potensi diri mahasiswa.
"Kami sudah berkoordinasi dengan Dewan Kehormatan Etik dan Advokasi (DKEA) Universitas, dan Pimpinan Unismuh untuk menindaklanjuti insiden ini, termasuk melakukan investigasi lebih lebih lanjut," ujar Wakil Dekan III FKIK Unismuh Makassar dokter Asdar saat konferensi pers di kampus setempat, Senin malam.
Korban tersebut diketahui bernama Muhammad Fathan, mahasiswa baru Fakultas Kedokteran itu mengikuti pengkaderan bersama ratusan mahasiswa lainnya melalui 'Achieve the Skills of A Leadership of Training '(Achilles) selama empat hari 22-24 Juni 2023.
Dalam masa pengkaderan itu, korban diduga mengalami kekerasan oleh seniornya, hingga harus masuk rumah sakit. Namun demikian, pihak pimpinan kampus belum memastikan dugaan tindakan kekerasan tersebut dan menyebutnya insiden yang kini dalam penyelidikan dan investigasi.
"Kami menegaskan bahwa FKIK dan Unismuh tidak menolerir kekerasan dalam bentuk apapun. Kami berharap insiden ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Kami juga telah meminta maaf kepada pihak keluarga atas kejadian ini," ucap dokter Asdar menegaskan.
Ia menyebutkan, kegiatan tersebut melibatkan 264 mahasiswa baru angkatan 2022. Selama kegiatan berlangsung sejak Kamis hingga Ahad, sebagai Wakil Dekan III, ia hadir setiap hari untuk memastikan kelancaran dan keamanan kegiatan. Tim bantuan medis juga hadir untuk memantau kondisi kesehatan peserta.
"Di sana ada pula pengamanan dari anggota Yonif 700 Rider. Secara umum kegiatan berjalan sesuai tertib sesuai agenda. Namun kita kecolongan dalam kegiatan ini ada insiden atau kecelakaan sehingga kegiatan puncaknya kita batalkan di luar ruangan," ucapnya kepada wartawan.
Dari kronologi kejadian, pembukaan dimulai pada Kamis (22/6), namun pemberian materi baru dilaksanakan pada Jumat (23/6). Namun pada Sabtu (24/6), korban Fathan mengeluh sakit, lalu diberikan penanganan medis pertama, selanjutnya diantar panitia ke Rumah Sakit Unhas.
Saat di rumah sakit, korban mengaku dipukuli seniornya pada Sabtu dini hari pukul 00.20 WITA. Menyusul malam harinya, panitia juga membawa peserta lain yakni Muh Rafly serta Iksan pada Minggu pagi ke rumah sakit karena mengeluh sakit.
Mahasiswa yang mengalami insiden tersebut, kata dia, telah menjalani observasi dan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG dan CT Scan, kondisi Fathan dalam keadaan baik. Dan dua mahasiswa lainnya dinyatakan dalam kondisi sehat dan dipastikan tidak seperti di berita yang beredar.
Saat ditanyakan mengapa Fathan sampai harus dirujuk ke Rumah Sakit Bayangkara, apakah kondisinya parah, kata dia, untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut termasuk ditangani dokter ahli ortopedi (tulang), dan sejauh ini kondisinya sudah membaik.
Mengenai insiden itu mengapa sampai terjadi, papar dia, memang di luar pengawasan. Sedangkan dua mahasiswa ini memang kondisinya sakit, sedangkan satunya (Fathan) masih diduga mengalami kekerasan. Soal mahasiswa berlembaga pihaknya tidak punya hak melarang, nanti melanggar, karena disitulah pengembangan potensi diri mahasiswa.