Makassar (ANTARA) - PT PLN berkomitmen mendukung Program Green Port yang telah dicanangkan pemerintah dengan melakukan elektrifikasi pada gerbang Indonesia timur, tepatnya Terminal Peti Kemas di Makassar, Sulawesi Selatan.
"Kami siap menjawab kebutuhan listrik dengan tingkat keandalan yang tinggi, tadinya emisi dan biaya operasional pelanggan tinggi, saat ini jauh lebih rendah," ujar General Manager PT PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar) Moch Andy Adchaminoerdin.
Ia menjelaskan PLN menyadari aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan membutuhkan pasokan listrik yang andal dan tanpa kedip demi menunjang roda ekonomi.
Karena itu, PLN menyasar elektrifikasi dermaga pelabuhan yang juga sejalan dengan program electrifying marine.
"PLN yang tadinya supply driven, kini hadir menjadi solusi bagi pelaku usaha dengan menghadirkan pasokan listrik yang andal tanpa polusi suara dan lebih ramah lingkungan," ujar Andy.
Andy mencatat sejak tahun 2018 sampai sekarang, PLN memasok listrik layanan premium dengan total daya 8,6 megavolt ampere (MVA) untuk melayani pengoperasian crane peti kemas.
Di samping itu, PLN menyiapkan dua penyulang dari dua gardu induk yang menggunakan skema double supply demi memastikan tanpa asap untuk melayani kebutuhan layanan listrik tanpa kedip bagi aktivitas bongkar muat peti kemas.
Lampu cahaya sorot kini menyinari Terminal Peti Kemas New Makassar pada malam hari, menandakan hiruk pikuk roda ekonomi yang terus berputar.
Diiringi oleh suara senyap dan tanpa asap, nampak mesin crane peti kemas yang nonstop beroperasi di tengah kesibukan aktivitas bongkar muat barang terminal peti kemas.
Operasional tanpa henti di pelabuhan peti kemas kini tampak lebih modern dan ramah lingkungan. Pengoperasian mesin yang dulunya menggunakan mesin diesel, kini pengoperasian crane peti kemas jauh lebih hemat dan ramah lingkungan dengan menggunakan listrik PLN yang andal.
Pegawai Pelindo Terminal Peti Kemas New Makassar Jimmy benar-benar mensyukuri keberadaan listrik mampu menjadi solusi bagi operasional aktivitas bongkar muat yang memobilisasi rata-rata 107 ribu peti kemas per bulan.
Pada 2018, kata Jimmy, muncul analisa kenaikan biaya operasional yang tinggi akibat pengoperasian mesin masih menggunakan diesel.
"Awalnya kami berpikir bagaimana turut mendukung program Green Port yang ramah lingkungan dan memangkas biaya operasional, setelah berdiskusi dengan PLN kami bersinergi untuk menginisiasi program elektrifikasi," ujar Jimmy.
Pria yang bertanggung jawab dalam hal instalasi bidang listrik, pemeliharaan dan perawatan peralatan tersebut mengaku bersyukur, berkat elektrifikasi. Pihaknya telah melaksanakan program Green Port, program tersebut merupakan inisiasi pemerintah untuk mengurangi emisi gas buang di pelabuhan.
Ia mengaku seluruh peralatan di terminal termasuk bongkar muat kapal telah menggunakan listrik, sehingga emisi gas buang yang ada di area pelabuhan dan biaya operasional menurun drastis.
Jimmy memaparkan, berdasarkan laporan pengujian data dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Balai Besar Kota Makassar tadinya emisi karbon monoksida 533 mg/m³, kini nyaris tidak ada.
Pada sisi lain sebagai contoh, ujar Jimmy, saat menggunakan mesin diesel pihaknya menghabiskan biaya operasional Rp23,4 miliar per tahun.
Setelah menggunakan listrik biaya operasional yang dikeluarkan menurun drastis, apabila dihitung biaya yang dikeluarkan untuk membayar listrik Rp8,9 miliar per tahun. Dirinya memaparkan data penghematan biaya operasional sampai dengan 61,97 persen per tahun.
"Saat menggunakan diesel, apabila terjadi gangguan pada mesin, maka kami terpaksa menghentikan operasional sambil menunggu mesin selesai diperbaiki dengan waktu yang tidak sebentar," ujar Jimmy.
Jimmy mengatakan, pengoperasian crane peti kemas mengharuskan pasokan listrik yang andal dan terbukti PLN mampu memenuhi itu dengan pelayanan PLN sangat memuaskan dan respon petugas yang cepat.
PT PLN saat melakukan persiapan penerangan untuk Terminal Peti Kemas di Makassar. ANTARA/HO-Humas PLN UID Sulselrabar
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PLN elektrifikasi gerbang Indonesia timur guna wujudkan Green Port
"Kami siap menjawab kebutuhan listrik dengan tingkat keandalan yang tinggi, tadinya emisi dan biaya operasional pelanggan tinggi, saat ini jauh lebih rendah," ujar General Manager PT PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar) Moch Andy Adchaminoerdin.
Ia menjelaskan PLN menyadari aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan membutuhkan pasokan listrik yang andal dan tanpa kedip demi menunjang roda ekonomi.
Karena itu, PLN menyasar elektrifikasi dermaga pelabuhan yang juga sejalan dengan program electrifying marine.
"PLN yang tadinya supply driven, kini hadir menjadi solusi bagi pelaku usaha dengan menghadirkan pasokan listrik yang andal tanpa polusi suara dan lebih ramah lingkungan," ujar Andy.
Andy mencatat sejak tahun 2018 sampai sekarang, PLN memasok listrik layanan premium dengan total daya 8,6 megavolt ampere (MVA) untuk melayani pengoperasian crane peti kemas.
Di samping itu, PLN menyiapkan dua penyulang dari dua gardu induk yang menggunakan skema double supply demi memastikan tanpa asap untuk melayani kebutuhan layanan listrik tanpa kedip bagi aktivitas bongkar muat peti kemas.
Lampu cahaya sorot kini menyinari Terminal Peti Kemas New Makassar pada malam hari, menandakan hiruk pikuk roda ekonomi yang terus berputar.
Diiringi oleh suara senyap dan tanpa asap, nampak mesin crane peti kemas yang nonstop beroperasi di tengah kesibukan aktivitas bongkar muat barang terminal peti kemas.
Operasional tanpa henti di pelabuhan peti kemas kini tampak lebih modern dan ramah lingkungan. Pengoperasian mesin yang dulunya menggunakan mesin diesel, kini pengoperasian crane peti kemas jauh lebih hemat dan ramah lingkungan dengan menggunakan listrik PLN yang andal.
Pegawai Pelindo Terminal Peti Kemas New Makassar Jimmy benar-benar mensyukuri keberadaan listrik mampu menjadi solusi bagi operasional aktivitas bongkar muat yang memobilisasi rata-rata 107 ribu peti kemas per bulan.
Pada 2018, kata Jimmy, muncul analisa kenaikan biaya operasional yang tinggi akibat pengoperasian mesin masih menggunakan diesel.
"Awalnya kami berpikir bagaimana turut mendukung program Green Port yang ramah lingkungan dan memangkas biaya operasional, setelah berdiskusi dengan PLN kami bersinergi untuk menginisiasi program elektrifikasi," ujar Jimmy.
Pria yang bertanggung jawab dalam hal instalasi bidang listrik, pemeliharaan dan perawatan peralatan tersebut mengaku bersyukur, berkat elektrifikasi. Pihaknya telah melaksanakan program Green Port, program tersebut merupakan inisiasi pemerintah untuk mengurangi emisi gas buang di pelabuhan.
Ia mengaku seluruh peralatan di terminal termasuk bongkar muat kapal telah menggunakan listrik, sehingga emisi gas buang yang ada di area pelabuhan dan biaya operasional menurun drastis.
Jimmy memaparkan, berdasarkan laporan pengujian data dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Balai Besar Kota Makassar tadinya emisi karbon monoksida 533 mg/m³, kini nyaris tidak ada.
Pada sisi lain sebagai contoh, ujar Jimmy, saat menggunakan mesin diesel pihaknya menghabiskan biaya operasional Rp23,4 miliar per tahun.
Setelah menggunakan listrik biaya operasional yang dikeluarkan menurun drastis, apabila dihitung biaya yang dikeluarkan untuk membayar listrik Rp8,9 miliar per tahun. Dirinya memaparkan data penghematan biaya operasional sampai dengan 61,97 persen per tahun.
"Saat menggunakan diesel, apabila terjadi gangguan pada mesin, maka kami terpaksa menghentikan operasional sambil menunggu mesin selesai diperbaiki dengan waktu yang tidak sebentar," ujar Jimmy.
Jimmy mengatakan, pengoperasian crane peti kemas mengharuskan pasokan listrik yang andal dan terbukti PLN mampu memenuhi itu dengan pelayanan PLN sangat memuaskan dan respon petugas yang cepat.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PLN elektrifikasi gerbang Indonesia timur guna wujudkan Green Port