Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mencatat gempa tektonik terjadi di wilayah Laut Sulawesi, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara dengan magnitudo M5,3.dan tidak berpotensi tsunami.
"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi tsunami," demikian disampaikan Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono dalam keterangan resmi BMKG di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan, analisis BMKG menunjukkan gempabumi yang terjadi pada Senin, 17 Juli 2023 pukul 22.35.27 WIB itu memiliki parameter update dengan magnitudo M5,3.
Episenter gempabumi terletak pada koordinat 5,73° LU ; 124,09° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 282 Km arah Barat Laut Kota Tahuna, Sulawesi Utara pada kedalaman 59 km.
Adapun jenis dan mekanisme gempabumi, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Filipina.
Baca juga: Gempa magnitudo 5,1 landa wilayah Melonguane Sulawesi Utara
Baca juga: Gempa magnitudo 5,4 di Kepulauan Talaud Sulut akibat aktivitas lempeng Laut Maluku
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Berdasarkan estimasi peta guncangan (shakemap), gempabumi ini menimbulkan guncangan di daerah Kepulauan Marore, Kepulauan Sangihe dengan skala intensitas II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang), daerah Kendahe, Kepulauan Sangihe dan daerah Tabukan Utara, Kepulauan Sangihe dengan skala intensitas I - II MMI.
Hingga saat ini, belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut.
Hingga pukul 22.49 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock).
BMKG juga mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," katanya.
"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi tsunami," demikian disampaikan Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono dalam keterangan resmi BMKG di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan, analisis BMKG menunjukkan gempabumi yang terjadi pada Senin, 17 Juli 2023 pukul 22.35.27 WIB itu memiliki parameter update dengan magnitudo M5,3.
Episenter gempabumi terletak pada koordinat 5,73° LU ; 124,09° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 282 Km arah Barat Laut Kota Tahuna, Sulawesi Utara pada kedalaman 59 km.
Adapun jenis dan mekanisme gempabumi, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Filipina.
Baca juga: Gempa magnitudo 5,1 landa wilayah Melonguane Sulawesi Utara
Baca juga: Gempa magnitudo 5,4 di Kepulauan Talaud Sulut akibat aktivitas lempeng Laut Maluku
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Berdasarkan estimasi peta guncangan (shakemap), gempabumi ini menimbulkan guncangan di daerah Kepulauan Marore, Kepulauan Sangihe dengan skala intensitas II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang), daerah Kendahe, Kepulauan Sangihe dan daerah Tabukan Utara, Kepulauan Sangihe dengan skala intensitas I - II MMI.
Hingga saat ini, belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut.
Hingga pukul 22.49 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock).
BMKG juga mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," katanya.