Jakarta (ANTARA) -
Presiden Bank Dunia Ajay Banga memuji kekuatan sukarelawan di Indonesia dalam upaya mencegah stunting yang melibatkan kader kesehatan, para tokoh masyarakat, dan tokoh agama di tingkat lokal.
 
"Di sini anda telah membuka potensi besar kekuatan sukarelawan, dan yang saya pelajari dari Indonesia itu, anda melibatkan pemimpin agama, kepala desa, dan seluruh kader untuk ikut bergerak menangani stunting, ini yang akan saya bawa dan bagikan di level internasional," kata Ajay saat berkunjung ke Kelurahan Serdang Kulon, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis.
 
Ajay menambahkan, pelajaran kedua yang ia dapatkan dalam kunjungannya kali ini adalah penggunaan teknologi, khususnya grup-grup di aplikasi Whatsapp yang digunakan secara efektif untuk mengajak dan mensosialisasikan kegiatan-kegiatan di pos pelayanan terpadu (posyandu) maupun kelas-kelas ibu hamil untuk mencegah stunting.
 
"Saya sangat mengapresiasi penggunaan teknologi oleh para kader kesehatan untuk mengajak para ibu, remaja, dan masyarakat untuk aktif mengikuti kelas-kelas atau pembelajaran tentang stunting," ujar dia.
 
Ia menegaskan, tugas bank dunia tidak sekadar menyediakan uang, lebih dari itu yakni berbagi kesuksesan dan pengetahuan.
 
"Reputasi bank dunia dibangun oleh seberapa banyak pengetahuan dan kesuksesan yang bisa kita bawa, jadi yang saya pelajari di sini adalah tentang kekuatan sukarelawan, kalau sekadar menimbang berat dan mengukur tinggi badan semua orang juga bisa, tetapi bagaimana membangun kesadaran agar masyarakat secara sukarela membantu melakukan hal tersebut tanpa imbalan, itu luar biasa," tuturnya.
 
Ajay yang didampingi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin juga mengapresiasi upaya Kemenkes untuk memaksimalkan teknologi demi melacak transparansi anggaran yang digunakan untuk pelatihan para kader.
 
"Pak Menkes ingin memaksimalkan teknologi, bayangkan jika pelatihan para kader dilakukan secara langsung maupun dalam jaringan, tentu akan lebih banyak target yang bisa disasar," kata dia.
 
Ia juga menyampaikan, penggunaan teknologi dapat dimaksimalkan untuk melacak apakah dana yang disalurkan di bidang kesehatan benar-benar tepat sasaran untuk transparansi dan akuntabilitas yang lebih baik.
 
"Dengan teknologi kita juga bisa melacak apakah anggaran sudah terserap dengan benar dan apakah sudah menjangkau orang yang tepat, kemudian kita juga bisa tahu apakah kucuran dana tersebut benar-benar dibelanjakan untuk bidang kesehatan, saya akan terus membantu Pemerintah Indonesia untuk memantau dan mewujudkan integrasi teknologi tersebut," ucapnya.
 
Untuk diketahui, Bank Dunia telah memberikan dukungan dana untuk berbagai bidang kesehatan di Indonesia, diantaranya Indonesian Supporting Primary Health Care Reform (ISPHERE) pada tahun 2018 sebesar 150 juta US Dollar, penguatan penanganan COVID sebesar 750 juta US Dollar, penguatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebesar 400 juta US Dollar, dan penguatan penanganan tuberkulosis sebesar 300 juta US Dollar.
 
Selain itu, Bank Dunia juga memiliki program Investing in Nutrition and Early Years (INEY), pada tahap satu di tahun 2018 dana sebesar 400 juta US Dollar sudah tersalurkan untuk Indonesia di bidang kesehatan.
 
Sedangkan untuk INEY tahap dua di tahun 2023, pendanaan senilai 600 juta Dollar akan diberikan dari International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) Bank Dunia.
 
Total pendanaan yang telah diberikan oleh Bank Dunia kepada Indonesia di bidang kesehatan yakni sebesar 2,6 miliar US Dollar.

Pewarta : Lintang Budiyanti Prameswari
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024