Makassar (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kota Makassar, Sulawesi Selatan menggalakkan kampanye Speak Up atau berani bicara dalam upaya penanganan kekerasan seksual hingga rumah tangga dari lorong-lorong Kota Makassar.

Kepala DPPPA Makassar Achi Soleman di Makassar, Sabtu mengatakan bahwa kampanye speak up menjadi hal yang sangat penting dalam mencegah pelecehan seksual hingga penanganannya, termasuk perilaku KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Sebab, tidak sedikit pelakunya merupakan orang terdekat dan berpotensi terjadi berulang-ulang jika korban tidak berani mengungkapkannya.

Salah satu wujud dalam mendorong masyarakat Kota Makassar hingga di lorong-lorong berani melaporkan tindakan kekerasan yang diterima ialah melalui shelter warga.

"Salah satunya lewat shelter warga. Jadi masyarakat bisa bicara ke shelter warga, jangan tutup-tutupi kalau ada kasus supaya masyarakat tahu ketika dia melakukan hal yang bertentangan dengan hukum ada efek diberikan ke dia," urai Achi.

Selama 2023, UPTD PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) mencatat total kasus kekerasan selama September telah mencapai 450 kasus. Dari ratusan kasus tersebut didominasi kasus kekerasan seksual kepada anak. Kasus ini cenderung lebih banyak menimpa anak perempuan dibanding anak laki laki.

Achi memastikan bahwa kasus di tengah masyarakat lebih besar, namun masih banyak yang tidak mau melapor karena mereka masih beranggapan kalau kasus kekerasan seksual itu aib. Sementara harus memberikan bukti dari laporan.

"Kampanye speak up sudah harus dilakukan. Jangan puas dengan angka kekerasan yang sekian banyak," kata Achi menegaskan.

Khusus pada kasus kekerasan seksual, Achi menjelaskan bahwa penanganan pada korban membutuhkan waktu yang relatif lama akibat dampak trauma yang diterimanya. Maka dibutuhkan semua pihak untuk ikut andil dalam pencegahan kekerasan seksual.

Para korban kekerasan seksual bahkan tidak jarang berubah sikap, seperti yang dulunya periang kini jadi pendiam. Sehingga sebelum pelecehan seksual maupun kekerasan seksual terjadi, harus dicegah sejak dini.

"Deteksi dini perlu dilakukan dan penguatan keluarga serta lingkungan. Ini yang harus dikampanyekan ke masyarakat jika menemui korban kekerasan tolong laporkan," urai Achi.

Era digitalisasi juga dinilai Achi menjadi boomerang untuk generasi masa depan, sehingga peran orang tua menjadi hal terpenting dalam pengawasan anak-anak yang kerap jadi korban kekerasan seksual.

"Karena tidak terlalu maksimalnya fungsi kontrol dari keluarga, akhirnya anak juga tidak tahu bahwa dia sudah terlibat dalam grooming online," kata dia.

Menurutnya, tidak sedikit anak-anak telah melakukan seks secara online, namun mereka masih menganggap kalau itu hal biasa saja, sesuatu yang sudah luar biasa dan telah masuk dalam ranah pelecahan seksual. Sehingga perlu dilakukan pemahaman ke masyarakat.

DPPPA Makassar dalam memerangi kekerasan seksual juga menggandeng ada UNICEF lewat Yayasan BAKTI bekerja sama mengedukasi masyarakat melakukan upaya pencegahan.

Pewarta : Nur Suhra Wardyah
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024