Makassar (ANTARA) - Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin menyiapkan jaringan distribusi pisang jenis cavendish di ripening (ruang pematangan) PT Laris Manis Utama (LMU), di Kawasan Industri Tallasa City, Makassar.

Bahtiar di Makassar, Selasa menyatakan secara khusus, hadirnya perusahaan selama 13 tahun di Sulsel serta groundbreaking untuk packing house dan ripening pisang cavendish ini, sebagai wujud bahwa hilirisasi program budidaya pisang yang dikembangkan di Sulsel telah ada.

Menurut dia, pertanian tidak cukup hanya dengan semangat saja. Harus menggunakan pengetahuan, teknologi, jaringan dan modal kuat. Penanaman pisang di Sulsel belum sebagai bisnis, namun hanya sampai memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Jadi tempat hilirnya buah-buahan Sulsel ini sudah ada. Mau nangka, nanas, durian, apapun yang diproduksi banyak, yang kuantitas terpenuhi," kata Bahtiar.

Pertemuan ini, mengkoneksikan cita-cita dan harapan baru, serta kesejahteraan masyarakat Sulsel melalui tanaman yang dikenal masyarakat, yakni pisang. Sehingga, dengan melihat jalur distribusi di 34 provinsi serta kerjasama bisnis dengan 29 negara yang sudah terbangun, budidaya pisang ini diyakini dapat sukses.

"Insya Allah kita yakin dengan informasi yang diberikan. Hilirnya produksi sebanyak apapun sudah ada pemasarannya, ini juga menjawab apa yang menjadi pertanyaan masyarakat," ujar dia pada peletakan batu pertama groundbreaking packing house dan ripening pisang cavendish di Makassar.

Head of Corporate Operational PT Laris Manis Utama (LMU) Ahmad Rifai mengatakan pihaknya memiliki 29 negara partner dan mengembangkan serta mendistribusikan buah tropis.

Berdasarkan pengalamannya berkeliling Indonesia dalam konteks pertanian, ia membawa konsep agar dilakukan industrialisasi pertanian. Sebab ia merasa miris pertanian tidak maju sebab pakem yang dilakukan selama ini, termasuk optimasi pertanian tidak bisa dilakukan karena konsepnya masih terkotak-kotak.

"Kalau kita berbicara optimal, kita bicara produktivitas dan efisiensi, maka konteksnya adalah industrialisasi. Saya mengharapkan Indonesia bisa melakukan industrialisasi pertanian," ujarnya.

Untuk menjadi standar industrialisasi, tidak mungkin dikerjakan oleh kelompok kecil. Sehingga dibutuhkan institusi besar untuk melakukannya.

"Kampanye ini saya lakukan termasuk ke lembaga dan kementerian. Ternyata kami keliling dari Sumatera sampai Jayapura, ternyata wujudnya ada di Sulsel," ujarnya.

Pada kesempatan ini dilakukan pula penandatanganan MoU kerjasama antara PT Cipta Agri Utama dengan Bank Sulselbar untuk penanaman pisang masyarakat.

Direktur PT Cipta Agri Utama Rio Erlangga mengatakan pihaknya bekerjasama dengan PT LMU, yang memiliki 34 cabang jaringan distribusi di Indonesia.

"Kami berkolaborasi dengan PT LMU khusus untuk komoditas pisang cavendish guna menciptakan sustainable program. Artinya, jaringan distribusi sudah terbentuk dengan jaringan cabang LMU se Indonesia. Kami kolaborasikan menciptakan program di hulu berdasarkan kebutuhan pasar," urainya.

Sehingga, ini menunjukkan kedua pihak mendukung program Gerakan Budidaya Pisang di Sulsel, dari sisi hilir pemasaran. Karena pasar adalah faktor utama keberhasilan program ini, sehingga ketidakpastian di sektor hulu dapat diatasi.

Rio menilai, ekosistem yang terbentuk sudah lengkap. Termasuk Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) juga yang dibentuk di Sulsel sudah lengkap. Serta didukung lembaga keuangan daerah melalui OJK dan Perbankan. Serta akan hadir pendampingan dari dunia kampus.

Adapun ruang ripening untuk komoditas cavendish menjadi kunci pendukung keberhasilan distribusi. Cavendish merupakan komoditas untuk ekspor yang bisa tahan sampai satu bulan.

Ia optimis bahwa Sulsel dapat menjadi penghasil pisang terbesar di dunia. Jika Davao di Filipina memiliki 400.000 hektar, maka dengan target 500.000 hektar di Sulsel ini dapat dicapai.

"Saya yakin Sulsel ini menjadi provinsi pisang terbesar di Indonesia. Jadi saya ingin mengatakan, bahwa pisang Cavendish Sulsel ke depan ini untuk Indonesia, untuk dunia," kata Rio Erlangga menilai.

Pewarta : Nur Suhra Wardyah
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024