Jakarta (ANTARA) - Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid mengingatkan untuk tidak menarik institusi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam persaingan politik jelang Pemilu 2024.
"TNI adalah kebanggaan masyarakat, dari berbagai survei terbukti bisa dipercaya oleh publik. Mari kita pisahkan antara kepentingan politik dan proses hukum, antara oknum dan institusi. Sayang sekali jika TNI sampai dibawa-bawa ke dalam isu politik praktis," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Penegasan itu disampaikan Meutya menanggapi protes Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, yang mengkaitkan kasus kekerasan terhadap relawan Ganjar di Boyolali dengan netralitas TNI. Komisi I DPR merupakan mitra dari TNI dan beberapa kementerian dan lembaga di bidang pertahanan.
"Sangat disayangkan jika kemudian kasus di Boyolali lebih kental unsur politiknya ketimbang hukumnya. Seharusnya kita percayakan pada proses hukum yang ada. TNI adalah lembaga yang netral, tidak perlu menarik-narik TNI ke dalam persaingan politik. Jangan semua-semua ditarik ke dalam isu netralitas TNI," tegasnya.
Dia berharap jika terjadi pelanggaran dan kekerasan di lapangan, maka perlu diusut dan ditindak tegas dengan hukum yang berlaku. Tak terkecuali jika hal itu dilakukan oleh oknum TNI ataupun simpatisan partai politik.
Baca juga: PDIP kecam kekerasan yang dilakukan oknum TNI pada relawan Ganjar
Baca juga: Enam oknum TNI penganiaya sukarelawan Ganjar-Mahfud jadi tersangka
"Jika ada oknum yang melanggar, silakan diproses dengan tegas, baik dari pihak TNI maupun dari pihak pengendara jika terbukti melanggar peraturan. Ini harus ditindak dengan hukum yang berlaku, sehingga terang benderang. Jadi tidak perlu ditarik ke ranah politik yang rentan kepentingan," tuturnya.
Meutya juga mengajak semua pihak untuk tidak menaruh curiga terhadap TNI. Apalagi, TNI selalu memegang rekor tingkat kepercayaan publik tertinggi dibanding lembaga negara lainnya, menurut berbagai lembaga survei.
Dia mencontohkan survei yang dilakukan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada rentang 13-18 Desember 2023, menempatkan TNI di tingkat teratas dengan persentase kepercayaan publik mencapai 91,2 persen.
Sebelumnya, isu netralitas TNI muncul lantaran protes yang dilakukan oleh Sekjen PDI PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang mengkaitkan kekerasan oknum TNI dengan posisi capres Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan. Bahkan Hasto menyebut adanya elemen TNI yang menjadi simpatisan Prabowo.
"TNI adalah kebanggaan masyarakat, dari berbagai survei terbukti bisa dipercaya oleh publik. Mari kita pisahkan antara kepentingan politik dan proses hukum, antara oknum dan institusi. Sayang sekali jika TNI sampai dibawa-bawa ke dalam isu politik praktis," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Penegasan itu disampaikan Meutya menanggapi protes Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, yang mengkaitkan kasus kekerasan terhadap relawan Ganjar di Boyolali dengan netralitas TNI. Komisi I DPR merupakan mitra dari TNI dan beberapa kementerian dan lembaga di bidang pertahanan.
"Sangat disayangkan jika kemudian kasus di Boyolali lebih kental unsur politiknya ketimbang hukumnya. Seharusnya kita percayakan pada proses hukum yang ada. TNI adalah lembaga yang netral, tidak perlu menarik-narik TNI ke dalam persaingan politik. Jangan semua-semua ditarik ke dalam isu netralitas TNI," tegasnya.
Dia berharap jika terjadi pelanggaran dan kekerasan di lapangan, maka perlu diusut dan ditindak tegas dengan hukum yang berlaku. Tak terkecuali jika hal itu dilakukan oleh oknum TNI ataupun simpatisan partai politik.
Baca juga: PDIP kecam kekerasan yang dilakukan oknum TNI pada relawan Ganjar
Baca juga: Enam oknum TNI penganiaya sukarelawan Ganjar-Mahfud jadi tersangka
"Jika ada oknum yang melanggar, silakan diproses dengan tegas, baik dari pihak TNI maupun dari pihak pengendara jika terbukti melanggar peraturan. Ini harus ditindak dengan hukum yang berlaku, sehingga terang benderang. Jadi tidak perlu ditarik ke ranah politik yang rentan kepentingan," tuturnya.
Meutya juga mengajak semua pihak untuk tidak menaruh curiga terhadap TNI. Apalagi, TNI selalu memegang rekor tingkat kepercayaan publik tertinggi dibanding lembaga negara lainnya, menurut berbagai lembaga survei.
Dia mencontohkan survei yang dilakukan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada rentang 13-18 Desember 2023, menempatkan TNI di tingkat teratas dengan persentase kepercayaan publik mencapai 91,2 persen.
Sebelumnya, isu netralitas TNI muncul lantaran protes yang dilakukan oleh Sekjen PDI PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang mengkaitkan kekerasan oknum TNI dengan posisi capres Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan. Bahkan Hasto menyebut adanya elemen TNI yang menjadi simpatisan Prabowo.