Majene (ANTARA) - Kapolres Majene Sulawesi Barat (Sulbar)  AKBP Toni Sugadri, SIK mengatakan peringatan peristiwa bersejarah korban 40.000 jiwa yang terjadi di Desa Galung Lombok Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar (Polman) untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa.

Peringatan korban 40.000 jiwa di Desa Galung Lombok yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Polman dan Kabupaten Majene, Kamis, dihadiri Bupati Kabupaten Majene, Andi Syukri dan penjabat Bupati Kabupaten Polman, Ilham Borahima, serta sejumlah elemen masyarakat dan pejuang veteran.

Kapolres Majene, AKBP Toni Sugadri, SIK di Majene, Kamis, mengatakan peringatan peristiwa pembantaian penduduk sipil oleh penjajah Belanda, di Desa Galung Lombok pada 1 Februari 1947, adalah peristiwa bersejarah sehingga harus terus dikenang bangsa ini.

Kapolres Majene mengatakan, peristiwa pembantaian korban 40.000 jiwa, harus menjadi momentum untuk semakin menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan serta semakin mencintai bangsa Indonesia.

"Peringatan ini sebagai bentuk penghormatan dan untuk mengenang tragedi yang menyedihkan tersebut, selain itu sebagai wujud kecintaan kepada bangsa ini, karena ribuan jiwa telah menjadi korban kekejaman tentara Belanda, dalam masa penjajahan," katanya.

Ia menyatakan penjajahan bangsa ini telah berakhir berkat perjuangan para pejuang kemerdekaan dan kemerdekaan yang telah dicapai itu, harus diisi dengan hal positif untuk kemajuan bangsa ini.

"Kemerdekaan itu susah diraih, para pejuang dengan susah payah telah mengorbankan nyawa dan telah banyak darah yang ditumpahkan, sehingga mari bersama menjaga bangsa ini, dengan melakukan hal terbaik untuk kemajuan bangsa," katanya.

Ia berharap peristiwa tragis tersebut tidak terulang di masa depan, dan semangat keadilan tetap terjaga dalam perjalanan bangsa ini.*

Pewarta : M.Faisal Hanapi
Editor : Redaktur Makassar
Copyright © ANTARA 2024