Makassar (ANTARA Sulsel) - Wali Kota Tanjung Pinang, Lis Darmansyah mengajak sejumlah satuan kerja perangkat daerahnya (SKPD) untuk melihat langsung proses pembangunan di Kota Makassar.

"Kami sengaja datang ke Makassar untuk melihat langsung bagaimana proses pembangunannya dan bagaimana pemerintah kota di sini menjalankan roda pemerintahannya hingga menjadi salah satu kota terkemuka di Indonesia," ujarnya di Makassar, Kamis.

Dia mengatakan, pesatnya laju pertumbuhan pembangunan yang disertai dengan pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional itu menjadikan Makassar sebagai salah satu kota yang sangat dikenal hingga di mancanegara.

Lis Darmansyah yang didampingi Kepala Bappedanya, Asisten III, Dinas Pariwisata dan Ekonomi, Dinas Tata Kota, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas PU, Dinas Perizinan serta Dinas Perindustrian dan Perdagangannya itu mengaku takjub dengan kejeniusan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin.

Menurutnya, karakteristik Tanjung Pinang dan Makassar mempunyai kemiripan hingga 90 persen bahkan di Tanjung Pinang terdapat Kampung Bugis, dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit, para pahlawan yang terkenal di Tanjung Pinang pun sebagian besar berasal dari Makassar.

"Yang mungkin membedakan yakni pada luas daerah serta jumlah penduduk, Tanjung Pinang tidak seluas dan sepadat Makassar. Tetapi, selain itu Tanjung Pinang sangat mirip dengan Makassar," tambahnya.

Hal yang menarik perhatian Wali Kota Tanjung Pinang yakni Pantai Losari yang menurutnya penataan daerah pesisir di Makassar sangat luar biasa hingga jadi konsep mitigasi yang diadopsi oleh banyak kota.

"Apa trik yang dimiliki Makassar, sehingga keberadaan Losari bisa mendunia, Tanjung Pinang pun memiliki pesisir seperti Losari namun tidak mampu mendunia seperti itu," tanyanya kepada Ilham Arief Sirajuddin.

Menurutnya salah satu kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Tanjung Pinang, Kepulauan Riau yakni pada pembenahan kawasan kumuh yang ada hampir di seluruh pesisir pantai.

Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin menjelaskan bahwa awalnya juga mendapat kesulitan yang sama, namun dengan berjalannya waktu dan perjuangan yang tak kenal lelah memberi kesadaran dan disadari keinginan untuk memberikan mereka rumah yang lebih layak huni, akhirnya dibangunlah rusunawa.

"Awalnya pun banyak perlawanan, namun setelah mereka merasakan kenyamanan lebih, semua bisa terselesaikan. Perlawanan itu hanya akan muncul diawal, tetapi jika mereka sudah nyaman, mereka akan menuntut lebih," ungkapnya.

Begitupun dengan desain Pantai Losari ataupun Karebosi dilakukan dengan sayembara, sehingga melibatkan sebagian besar masyarakat dan masyarakat pulalah yang memilih desain yang mereka inginkan, sehingga lebih mudah diterima. FC Kuen

Pewarta : Oleh Muh Hasanuddin
Editor :
Copyright © ANTARA 2024