Makassar (ANTARA) - Sekitar 1.000 hektare (ha) lahan sawah di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan mengalami kerusakan menjelang panen akibat anomali cuaca.
"Petani mengalami kerugian besar, karena tanaman padi mereka mengalami kerusakan sebelum dipanen," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bulukumba, Thayeb Maningkasi saat dikonfirmasi dari Makassar, Selasa.
Ia mengatakan, sebanyak 1.000 hektare sawah rusak akibat anomali cuaca. Berdasarkan data yang masuk dari penyuluh per 3 Mei 2024 diketahui, diperkirakan ada sekira 1.000 hektare sawah gagal panen.
Kerusakan lahan pertanian tersebar di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Gantarang, Rilau Ale dan Ujungloe.
Sebagai upaya menjaga kualitas padi, petani disarankan mengeringkan padi dengan alat modern, seperti dryer yang merupakan milik kelompok tani.
"Ini anomali cuaca yang tidak bisa diprediksi. Jika berdasar pada pola tanam pada periode yang sama tahun sebelumnya, cuaca saat ini seharusnya cenderung normal," katanya.
Namun kalau berdasar pada pola tanam, jelas dia, apabila kondisi padi sudah mendekati masa panen, lazimnya curah hujan sudah sangat rendah, dan cuaca cenderung panas. Intinya perubahan cuaca sulit ditebak.
Hal itu dibenarkan salah seorang petani di Kecamatan Gantarang, Hasrianto yang mengaku mengalami kerugian yang cukup besar. Pasalnya, hasil panennya kali ini turun 40-50 persen dari biasanya.
Sebagai gambaran, hasil panen dalam kondisi normal bisa mencapai 20 karung (gabah), sekarang tinggal 10 karung saja.
"Padi rebah dan terendam air, rusak. Kalaupun ada yang bisa dipanen, kualitasnya juga menurun karena terendam, sehingga otomatis harganya juga turun," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sekitar 1.000 ha sawah di Bulukumba rusak jelang panen
"Petani mengalami kerugian besar, karena tanaman padi mereka mengalami kerusakan sebelum dipanen," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bulukumba, Thayeb Maningkasi saat dikonfirmasi dari Makassar, Selasa.
Ia mengatakan, sebanyak 1.000 hektare sawah rusak akibat anomali cuaca. Berdasarkan data yang masuk dari penyuluh per 3 Mei 2024 diketahui, diperkirakan ada sekira 1.000 hektare sawah gagal panen.
Kerusakan lahan pertanian tersebar di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Gantarang, Rilau Ale dan Ujungloe.
Sebagai upaya menjaga kualitas padi, petani disarankan mengeringkan padi dengan alat modern, seperti dryer yang merupakan milik kelompok tani.
"Ini anomali cuaca yang tidak bisa diprediksi. Jika berdasar pada pola tanam pada periode yang sama tahun sebelumnya, cuaca saat ini seharusnya cenderung normal," katanya.
Namun kalau berdasar pada pola tanam, jelas dia, apabila kondisi padi sudah mendekati masa panen, lazimnya curah hujan sudah sangat rendah, dan cuaca cenderung panas. Intinya perubahan cuaca sulit ditebak.
Hal itu dibenarkan salah seorang petani di Kecamatan Gantarang, Hasrianto yang mengaku mengalami kerugian yang cukup besar. Pasalnya, hasil panennya kali ini turun 40-50 persen dari biasanya.
Sebagai gambaran, hasil panen dalam kondisi normal bisa mencapai 20 karung (gabah), sekarang tinggal 10 karung saja.
"Padi rebah dan terendam air, rusak. Kalaupun ada yang bisa dipanen, kualitasnya juga menurun karena terendam, sehingga otomatis harganya juga turun," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sekitar 1.000 ha sawah di Bulukumba rusak jelang panen