Makassar (ANTARA) - Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Makassar menangani dugaan perundungan terhadap siswa SMPN 4 penyandang disabilitas berinisial H, menyusul video perundungan korban viral di media sosial hingga memantik reaksi publik.
"Tadi malam kami sudah dapat informasinya. Jadi, kami langsung minta kepala sekolahnya untuk identifikasi. Insyaallah kami sudah jadwalkan (pertemuan)," ujar Kepala Disdik Kota Makassar Muhyiddin Mustakim di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat.
Ia mengaku sudah berada di sekolah setempat, bahkan telah menghubungi organisasi penyandang disabilitas Indonesia untuk mencari solusi atas persoalan tersebut serta mengatasi dan menangani dengan baik.
Berdasarkan kronologi, katanya, kejadian itu terjadi pada Mei 2024. Perundungan terhadap korban yang siswa kelas VII direkam video kemudian belakangan viral di media sosial.
"Ini mau kami klarifikasi kenapa video ini baru muncul. Pengalaman kami, itu banyak anak korban kita dijadikan konten kreator diperalat di TikTok. Makanya, ini kami akan telusuri dengan viralnya ini, kenapa bukan satu bulan yang lalu," kata dia.
Kendati demikian, pihaknya tidak bisa menuduh siapa saja terduga pelaku perundungan, sebab harus dicari tahu siapa saja siswa terlibat, kemudian memanggil orang tuanya terkait kejadian itu, termasuk siapa saja yang mengunggah ke medsos.
"Kami sudah panggil orang tuanya. Yang terdeteksi hanya beberapa orang, ada yang menendang (korban). Korban kelas VII atau kelas satu," kata dia.
Langkah yang ditempuh saat ini, berupa pendekatan dengan mendatangi orang tuanya, sebab anak korban merupakan anak kesayangan karena mempunyai prestasi luar biasa di SMPN 4, sedangkan anak itu penyandang disabilitas.
"Guru juga kaget, guru tidak tahu. Seandainya ada perkelahian pasti guru tahulah. Ini menjadi perhatian dan pembelajaran buat kita semua. Agar tidak terulang seperti ini," kata Muhyuddin.
Saat ditanyakan usai korban mendapat perundungan itu, pihak keluarga akan memindahkan ke sekolah lain.
Ia meminta korban tidak pindah sekolah karena akan dibuat kebijakan agar proses pembelajaran bisa kembali normal.
Sepupu korban, Herman Rusdi, menyatakan korban adalah anak yatim dan tidak mau bersekolah di SMPN 4 karena trauma atas peristiwa tersebut. Rencananya, anak itu akan pindah ke sekolah swasta.
"Rencananya mau dikasih pindah di SMP Muhammadiyah saja, karena banyak keluarga di sana dan bisa diawasi langsung. Ada sekitar delapan orang (pelaku perundungan)," kata dia.
Ia mengatakan kejadian itu dua pekan lalu, sebelum ujian. Korban sering dimintai uang jajan yang Rp5.000. Kalau permintaan tidak dipenuhi, korban dipukul oleh pelaku yang seniornya.
Korban takut melapor ke guru atas kejadian itu, namun keluarga sudah melaporkan kejadian itu ke Polrestabes Makassar.
"Dalam video terekam enam orang dan ada siswa lain tidak terekam video. Ada sekitar lima orang terlapor. Dia pasti sekolah, tapi mendingan tidak sekolah dari pada sekolah di situ (SMPN 4). Kita takut melapor ke guru, jadi kita trauma," ujarnya.
"Tadi malam kami sudah dapat informasinya. Jadi, kami langsung minta kepala sekolahnya untuk identifikasi. Insyaallah kami sudah jadwalkan (pertemuan)," ujar Kepala Disdik Kota Makassar Muhyiddin Mustakim di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat.
Ia mengaku sudah berada di sekolah setempat, bahkan telah menghubungi organisasi penyandang disabilitas Indonesia untuk mencari solusi atas persoalan tersebut serta mengatasi dan menangani dengan baik.
Berdasarkan kronologi, katanya, kejadian itu terjadi pada Mei 2024. Perundungan terhadap korban yang siswa kelas VII direkam video kemudian belakangan viral di media sosial.
"Ini mau kami klarifikasi kenapa video ini baru muncul. Pengalaman kami, itu banyak anak korban kita dijadikan konten kreator diperalat di TikTok. Makanya, ini kami akan telusuri dengan viralnya ini, kenapa bukan satu bulan yang lalu," kata dia.
Kendati demikian, pihaknya tidak bisa menuduh siapa saja terduga pelaku perundungan, sebab harus dicari tahu siapa saja siswa terlibat, kemudian memanggil orang tuanya terkait kejadian itu, termasuk siapa saja yang mengunggah ke medsos.
"Kami sudah panggil orang tuanya. Yang terdeteksi hanya beberapa orang, ada yang menendang (korban). Korban kelas VII atau kelas satu," kata dia.
Langkah yang ditempuh saat ini, berupa pendekatan dengan mendatangi orang tuanya, sebab anak korban merupakan anak kesayangan karena mempunyai prestasi luar biasa di SMPN 4, sedangkan anak itu penyandang disabilitas.
"Guru juga kaget, guru tidak tahu. Seandainya ada perkelahian pasti guru tahulah. Ini menjadi perhatian dan pembelajaran buat kita semua. Agar tidak terulang seperti ini," kata Muhyuddin.
Saat ditanyakan usai korban mendapat perundungan itu, pihak keluarga akan memindahkan ke sekolah lain.
Ia meminta korban tidak pindah sekolah karena akan dibuat kebijakan agar proses pembelajaran bisa kembali normal.
Sepupu korban, Herman Rusdi, menyatakan korban adalah anak yatim dan tidak mau bersekolah di SMPN 4 karena trauma atas peristiwa tersebut. Rencananya, anak itu akan pindah ke sekolah swasta.
"Rencananya mau dikasih pindah di SMP Muhammadiyah saja, karena banyak keluarga di sana dan bisa diawasi langsung. Ada sekitar delapan orang (pelaku perundungan)," kata dia.
Ia mengatakan kejadian itu dua pekan lalu, sebelum ujian. Korban sering dimintai uang jajan yang Rp5.000. Kalau permintaan tidak dipenuhi, korban dipukul oleh pelaku yang seniornya.
Korban takut melapor ke guru atas kejadian itu, namun keluarga sudah melaporkan kejadian itu ke Polrestabes Makassar.
"Dalam video terekam enam orang dan ada siswa lain tidak terekam video. Ada sekitar lima orang terlapor. Dia pasti sekolah, tapi mendingan tidak sekolah dari pada sekolah di situ (SMPN 4). Kita takut melapor ke guru, jadi kita trauma," ujarnya.